Biografi Jamaluddin Al-Afghani

Biografi Jamaluddin Al-Afghani

PEMBAHASAN
A.    Biografi Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Pengaruh terbesar ditinggalkannya kalau uraian mengenai pemikiran dan aktivitasnya dimasukkan ke dalam bagian tentang pembaharuan di Mesir.
Jamaluddin Al-Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di Istambul di tahun 1897. Di tahun 1864 ia menajdi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri. Pada itu Inggris telah mulai mencampuri soal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolokan yang terjadi Al-Afghani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan Al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869.
Di India ia juga merasa tidak bebas bergerak karena negara ini telah jatuh ke bawah kekuasaan Inggris, dan oleh karena itu ia pindah ke Mesir di tahun 1871. Ia menetap di Cairo dan pada mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Di sanalaha ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Menurut keterangan Muhammad Salam Madkur, para peserta terdiri atas orang-orang terkemuka dalam bidang pengadilan, dosen-dosen, mahasiswa dari Al-Azhar serta perguruan-perguruan tinggi lain, dan juga pegawai-pegawai pemerintah. Tetapi ia tidak lama dapat meninggalkan lapangan politik. Di tahun 1876 turut campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir makin meningkat.
Dari Mesir Al-Afghani pergi ke Paris dan di sini ia mendirikan perkumpulan Al-’Urwah Al-Wusqa. Anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India, Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Di antara tujuan yang hendak dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Sewaktu di Eropa Al-Afghani mengadakan perundingan dengan Sir Randolp Churchil dan Drummond Wolf tentang masalah Mesir dan tentang penyelesaian pemberontakan Al-Mahdi di Sudan secara damai. Tetapi kedua usaha itu tidak membawa hasil.
Al-Afghani dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya hanya demi kemajuan islam. Ia rela beranjak dari suatu negara ke negara lainnya demi menyuarakan pemikiran-pemikiran revolusionernya, tentunya demi mengangkat posisi dan martabat Islam yang jauh tertinggal dari dunia barat. Di zamannya Islam berada di bawah bayang-bayang imperialisme Barat. Kondisi masyarakat muslim yang jauh dari Islam, menurutnya adalah salah satu penyebab utama kemunduran dunia Islam. Fanatisme yang masih kental kala itu, belum lagi dengan tidak adanya rasa persaudaraan di antara sesama muslim yang berkonsekwensi pada minimnya rasa solidaritas menjadikan masyarakat muslim rentan terhadap perpecahan.
Tetapi pada itu tak boleh dilupakan bahwa kegiatan politik yang dijalankan Al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-idenya tentang pembaharuan dalam Islam. Pemikiran pembaharuannya berdasar atas keyakinan bahwa Islam adalah yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan, kalau kelihatan ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa perubahan zaman dan perubahan kondisi, penyesuaian dan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam seeprti yang tercantum dalam al-Qur`an dan Hadits. Untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad dan pintu ijtihad baginya terbuka.

1.      Pemikiran Politik Jamaluddin Al-Afghani
Al-Afghani berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan antara lain karena umat telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang enjadikan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain lagi adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, lemahnya persaudaraan antara umat Islam dan lain-lain.
Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat Islam harus  kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan akhlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis harus diubah menjadi demokratis, dan persatuan umat Islam hars diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan zaman. Ia juga menganjurkan  umat Islam untuk mengembangkan pendidikan secara umum, yang tujuan akhirnya untuk memperkuat dunia Islam secara politis dalam menghadapi dominasi dunia barat. Ia berpendapat tidak ada sesuatu dalam ajaran Islam yang tidak sesuai dengan akal/ilmu pengetahuan, atau dengan kata lain Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya bagaimana ide-ide pembaharuan dan pemikiran politik Al-Afghani tentangnegara dan sistem pemerintahan akan diuraikan berikut ini :
a. Bentuk negara dan pemerintahan
Menurut Al-Afghani, Islam menhendaki bahwa bentuk pemerintahan adalah republik. Sebab, di dalamnya terdapat kebebasan berpendapat dan kepala negara harus tunduk kepada Undang-Undang Dasar. Pendapat seperti ini baru dalam sejarah politik Islam yang selama ini pemikirnya hanya mengenal bentuk khalifah yang mempunyai kekuasaan absulot. Pendapat ini tampak dipengaruhi  oleh pemikiran barat, sebab barat lebih dahulu mengenal pemerintahan republik, meskipun  pemahaman Al-Afghani tidak lepas terhadap prinsip-prinsip ajaran Islam yang berkaitan dengan dengan kemasyarakatan dan kenegaraan. Penafsiran atau pendapat ersebut lebih maju dari Abduh yaitu Islam tidak menetapkan suatu bentuk pemerintahan , maka bentuk demikianpun harus mengikuti masyarakat dalam kehidupan materi dan kebebasan berpikir. Ini mengandung makna, bahwa apapun bentuk pemerintahan, Abduh menghendaki suatu pemerintahan yang dinamis.
Pemunculan ide Al-Afghani tersebut sebagai reaksi  kepada salah satu sebab kemunduran  politis yaitu pemerintah absulot.
b. Sistem Demokrasi
Di dalam pemerintahan yang absulot dan otokratis tidak ada kebebasan berpendapat, kebebasan hanya ada pada raja/kepala gegara  untuk bertindak  yan tidak diatur oleh Undang-undang. Karena itu Al-Afghani menghendaki agar corak pemerintahan absulot diganti dengan dengan corak pemerintahan demokrasi.
Pemerintahan demokratis merupakan salah satu identitas yang paling khas dari dari pemerintahan yang berbentuk republik. Demokrasi adalah pasangan pemerintahan republik sebagaimana berkembang di barat dan diterapkan oleh Mustafa Kemal Attaturk di Turki sebagai ganti pemerintahan khalifah. Dalam pemerintahan negara yang demokratis, kepala negara harus mengadakan syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat yang berpengalaman karena pengetahuan manusia secara individual terbatas sekali dan syura diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an agar dapat dipraktekkan dalam berbagai urusan.
Selanjutnya ia berpendapat pemerintahan otokrasi yang cenderung meniadakan hak-hak individu tidak sesuai dengan ajaran Islamyang sangat menghargai hak-hak individu. Maka pemerintahan otokrasi harus diganti dengan pemerintahan yang bercorak demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak individu. Menurut Al-Afghani, pemerintahan yang demokrasi menghendaki adanya majelis perwakilan rakyat. Lembaga ini bertugas memberikan usul dan pendapat kepada pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan negara. Urgensi lembaga ini untuk menghindari agar tidak muncul pemerintahan yang absulot. Ide atau usul para wakil rakyat yan berpengalaman merupakan sumbangan yang berharga bagi pemerintah. Karena itu para wakil rakyat harus yang berpengetahuan dan berwawasan luas serta bermoral baik. Wakil-wakil rakyat yang demikian membawa dampak positif terhadap pemerintah sehingga akan melahirkan undang-undang dan peraturan atau keputusan yang baik bagi rakyat.
Selanjutnya, para pemegang kekuasaan haruslah orang-orang yang paling taat kepada undang-undang. Kekuasaan yang diperoleh tidak lantaran kehebatan suku, ras, kekuatan material dan kekayaan. Baginya kekuasaan itu harus diperoleh melalui pemilihan dan disepakati oleh rakyat. Dengan demikian orang yang terpilih memiliki dasar hukum untuk melaksanakan kekuasaan itu.
Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa sumber kekuasaan  menurut Al-Afghani adalah rakyat, karena dalam pemerintahan republik, kekuasaan atau kedaulatan rakyat terlembaga dalam perwakilan rakyat yang anggotanya dipilih oleh rakyat.
c. Pan Islamisme / Solidaritas Islam
Al-Afghani menginginkan adanya persatuan umat Islam baik yang sudah merdeka maupun masih jajahan. Gagasannya ini terkenal dengan Pan Islamisme. Ide besar ini menghendaki terjalinnya kerjasama antara negara-negara Islam dalam masalah keagamaan, kerjasama antara kepala negara Islam. Kerjasama itu menuntut adanya rasa tanggungjawab bersama dari tiap negara terhadap umat Islam dimana saja mereka berada, dan menumbuhkan keinginan hidup bersama dalam suatu komunitas serta mewujudkan kesejahteraan umat Islam.
Kesatuan benar-benar menjadi tema pokok pada tulisan Al-Afghani. Ia menginginkan agar umat Islam harus mengatasi perbedaan doktrin dan kebiasaan permusuhan. Perbedaan sekte tidak perlu menjadi hambatan dalam politik, dan kaum muslimin harus mengambil pelajaran dari contoh Jerman, yang kehilangan kesatuan nasionalnya karena terlalu memandang penting perbedaan agama. Bahkan perbedaan besar dalam doktrin wilayah teluk, antara sunni dan syi’ah, dapat dijembatani sehingga ia menyerukan  kepada bangsa Persia dan Afghan  supaya bersatu, meskipun yang pertama adalah syi’ah dan yang kedua adalah bukan, dan selama masa-masa akhir hidupnya ia melontarkan ide rekonsiliasi umum dari kedua sekte tersebut.
Meskipun semua ide Al-Afghani bertujuan  untuk mempersatukan umat Islam guna menanggulangi penetrasi barat dan kekuasaan Turki Usmani yang dipandangnya menyimpang dari Islam, tapi ide Pan-Islamnya itu tidak jelas. Apakah bentuk-bentuk kerjasama tersebut dalam rangka mempersatukan umat Islam dalam bentuk asosiasi, atau bentuk federasi yang dipimpin oleh  seseorang atau badan yang mengkoordinasi kerjasama tersebut, dan atau seperti negara persemakmuran di bawah negara Inggris. Sebab ia mengetahui  adanya kepala negara  di setiap negara Islam. Tapi, menurut Munawwir Sjadzali, Pan-Islamismenya  Al-Afghani itu adalah suatu asosiasi antar negara-negara Islam dan umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman interen, para pengusaha muslim yang lalim, menentang kolonialisme dan imperialisme barat serta mewujudkan keadilan.
Al-Afghani menekankan solidaritas sesama muslim karena ikatan agama, bukan ikatan teknik atau rasial. Seorang penguasa muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada mulanya kecil, akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia masih menegakkan hukum agama. Penguasa itu hendaknya dipilih dari orang-orang yang paling taat dalam agamanya, bukan karena pewarisan, kehebatan sukunya atau kekayaan materialnya, dan disepakati oleh anggota masyarakatnya.
Inilah ide pemikir orisinil yang merupakan solidaritas umat yang dikenal dengan Pan-Islamisme atau Al-Jamiah al Islamiyah (Persaudaraan sesama umat Islam sedunia. Namun usaha Al-Afghani tentang Pan-Islamismenya ini tidak berhasil.

2.      Pemikiran Afghani: Revivalis dan Modernis
Semua orang sepakat bahwa dialah yang menghembuskan gerakan Islam modern dan mengilhami pembaharuan di kalangan kaum Muslim yang hidup ditengah-tengah kemodernan. Dia pula yang pengaruhnya amat besar terhadap gerakan-gerakan pembebasan dan konstitusional yang dilakukan dinegara-negara Islam setelah zamannya. Ia menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islamnya dengan berbagai ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari Eropa dan pengetahuan moderen.
Afghani mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu) yang saleh. Sebenarnya Afghani bukanlah pemikir Islam yang pertama yang mempelopori aliran salafiyah (revivalis). Ibnu Taymiyah telah mengajarkan teori yang serupa, begitu pula Syeikh Mohammd Abdul Wahab pada abad ke-18.
Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga komponen utama, yakni; Pertama, keyakinan bahwa kebangunan dan kejayaan kembali Islam hanya mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa al-Rasyidin. Kedua, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu dan teknologi, dan karenanya umat Islam harus belajar dari barat dalam dua bidang tersebut, yang pada hakikatnya hanya mengambil kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia Islam kepada Barat, dan kemudian secara selektif dan kritis memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu untuk kejayaan kembali dunia Islam.
Adapun alairan-aliran salafiyah sebelum Afghani hanya terdiri dari unsur pertama saja. Dalam rangka usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian keutuhan umat Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme.
Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus melipluti seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka, termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat jajahan. Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membiana kesetiakawanan danpesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang tiap sistempemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih ditinggikan.

Konsep Politik dan Gagasan Pan-Islamisme Al-Afghani
Selama di Mesir Jamaluddin al-Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuanya, antara lain yang pokoknya:
a. Musuh utama adalah penjajah (Barat).
b. Ummat Islam harus menentang penjajahan dimana dan kapan saja
c. Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan-Islamisme).



Pan-Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerjasama. Persatuan dan kerjasama merupakan sendi yang amat penting dalam Islam. Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam kesatuan dan kembali kepada ajaran Islam yang murni yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas:
a. Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.
b. Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi luhur.
c. Rukun iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup
d. Setiap generasi umat harus ada lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia yang bodoh dan memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin.
Pengalaman yang diserap Al-Afghani selama lawatannya ke Barat menumbuhkan semangatnya untuk mamajukan umat. Barat yang diperankan oleh Inggris dan Prancis mulai hndak menancapkan dominasi politiknya di dunia Islam, maka pasti akan berhadapan dengan Al-afghani. Adanya anggapan dasar yang dipegang oleh Al-Afghani menghadapi Barat seperti diungkapkan L. Stoddard yakni :
  1. Dunia Kristen sekalipun mereka berbeda dalam keturunan, kebangsaan, tetapi apabila menghadapi dunia Timur (Islam) mereka bersatu untuk menghancurkannya.
  2. Semangat perang Salib masih tetap berkobar, orang Kristen masih menaruh dendam. Ini terbukti umat Islam diperlakukan secara diskriminatif dengan orang Kristen.
  3. Negara-negara Kristen membela agamanya. Mereka memandang Negara Islam lemah, terbelakang dan biadab. Mereka selalu berusaha menghancurkan dan menghalangi kemajuan Islam.
  4. Kebencian terhadap umat Islam bukan hanya sebagain mereka, tetapi seluruhnya. Mereka terus-menerus bersembunyi dan berusaha menyembunyikannya.
  5. Perasaan dan aspirasi umat Islam diejek dan difitnah oleh mereka. Istilah nasionalisme dan patriotosme di Barat, di Timur disebut fanatisme.
Menurut Al-Afghani, hal-hal tersebut di atas menuntut adanya persatuan umat Islam untuk menghadapui dunia Barat dan mempertahankanya dari keruntuhan. Disamping itu Al-Afghani melihat bahwa kondisi umat Islam sendiri memang berada dalam kemunduran yang mengkhawatirkan. Kemunduran tersebut menurutnya bukan karena ajaran Islam, tetapi oleh umat itu sendiri yang yang tidak berupaya mengubah nasibnya. Perpecahan terjadi di kalangan mereka maka pemerintahan menjadi absolut, pemimpin tidak dapat dipercaya, lemah dalam bidang militer dan ekonomi bersamaan dengan datangnya intervensi asing. Menghadapi paham fatalisme, Al-Afghani mengajak umat Islam merebut peradaban, kebudayaan, ilmu pengetahun Barat yang positif dan sesuai ajaran Islam. Dengan demikian, umat Islam akan dinamis dan tidak menerima apa adanya serta menyerukan bahwa pintu ijtihad tidak tertutup. Ia selanjutnya menegaskan bahwa dalam Islam ada kemerdekaan dan kedaulatan umat. pemerintah dapat saja dikritik dan tidak berkuasa mutlak. Al-Afghani mengajak umat, pemimpin dan kelompok agar bersatu dan bekejasama dalam meraih kemajuan dan membebaskan diri dari itervensi Barat.
Untuk tujuan di atas, Al-Afghani mencetuskan ide Pan Islamisme. Semangat ini dikobarkan ke seluruh negeri Islam yang tengah berada dalam kemunduran dan dominasi Barat.Pan Islamisme (Al-jami’iyyah Al-Islamiyyah) ialah rasa solidaritas seluruh umat Islam. Solidaristas sepeti itu sudah ada dan diajarkan sejak Nabi SAW, baik dalam menghadapi kafir Quraisy ataupun dalam kegiatan-kegiatan sebagai upaya menciptakan kesejahteraan umat. Semangat pan Islamisme yang diserukan Al-Afghani memberikan pengaruah besar di kalangan umat terutama bagi para pemimpinnya. Hal ini kemuadian menyadarkan mereka akan besarnya ancaman Barat. Sultan Abdul Hamid dari Kerajaan Turki Usmani misalnya menyambut dengan penuh antusias. Ia mendirikan organisai seruan Pan-Islamisme mengutus banyak orang ke berbagai negeri Islam dengan pesan agar umat Islam bersatu dan meleaskan diri dari pemerintahan Barat. Hal ini dilakukan oleh Sultan selama 30 tahun. Seruan Pan-Islamisme menghasilakan pengaruh yang sangat besar dan mendalam. Di berbagai negeri muslim telah lahir tokoh-tokoh di kalangan umta yang berjuang menuntut kemerdekaan dari penjajah Barat, seperti Abdul Hamid di Turki, Muhamamd Abduh dan Saad Zaghlul di Mesir serta torkoh lainnya.
D. Pengaruh Jamaluddin Al-Afghani
Seperti sudah disebutan, Al-Afghani menyuarakan gagasan seperti Pan-Islamisme. Sebenarnya gagasan seperti itu juga pernah disuarakan oleh Usmaniah Muda, tetapi sangat kurang pengaruhnya terhadap bangsa-bangsa yang bahasanya bukan turki. Sedangkan Al-Afghani mempublikasikan tulisan dalam bahasa Arab dan Persia sehingga penulis-penulis terkemudian  banyak menyebutkan  bahwa Al-Afghani merupakan pembaharu internal.
Ide pembebasan dari kendali barat, merupakan tujuan perjuangan politik Al-Afghani yang paling populer. Ucapan-ucapan Al-Afghani banyak dikutip oleh kaum modernis Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang mendukung kebebasan seperti itu. Al-Afghani juga menarik bagi aktivis terkemudian karena  kehidupan politiknya yang luar biasa. Muslim maupun barat pernah memiliki kontak dengan Al-Afghani. Penulis Barat seperti E.G. Brown dan Wilfred Blunt membuat tulisan yang isinya membuat pengakuan dan memuji Al-Afghani semakin memperkuat posisi Al-Afghani di dunia muslim. Fakta bahwa Al-Afghani telah mempesona dan bahkan berdebat dengan orang-orang barat terkemuka membuat sosok Al-Afghani semakin penting di mata intelektual muslim. Akhirnya popularitas Al-Afghani yang berkelanjutan terjadi karena dia dipandang berbahaya oleh orang-orang barat. Namun ada penilaian bahwa pengaruh Al-Afghani lebih berdasarkan pada biografi yang pada umumnya mitos dan interpretasi atas gagasan-gagasannya.
Letak kebesaran Al-Afghani bukanlah dia sebagai pemikir, meskipun dalam pemikiran itu ia tetap sangat penting karena ia menunjukkan pandangan masa depan yang jauh dan daya baca zaman yang tajam. Kebesarannya terletak terutama dalam peranannya sebagai pembangkit kesadaran politik umat Islam menghadapi barat, dan pemberi jalan bagaimana menghadapi arus modernisasi dunia ini.
Albert Hourani, misalnya memberikan komentar bahwa Al-Afghani adalah seseorang yang karangannya tidak banyak dikenal tetapi pengaruh kepribadiannya amat besar. Bahkan ide-ide Al-Afghani masih memberikan warna pada gerakan kontemporer Islam, seperti Gerakan Kiri Islam yang dimotori oleh Hassan Hanafi. Pada tahun 1981, Hanafi menerbitkan Jurnalnya, Al-Yasar al-Islamy (Kiri Islam), sebagai tanda awal gerakannya. Menurutnya jurnal tersebut adalah kelanjutan dari Al-Urwah al Wutsqa yang pernah diterbitkan oleh Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Tujuan jurnal tersebut menurut Hanafi , adalah berjuang melawan kolonialisme dan keterbelakangan, berjuang untuk mewujudkan kebebasan, keadilan sosial dan menyatukan dunia Islam.
Dengan demikian jelas sekali bahwa ide-ide Al-Afghani masih menginspirasi pemikir-pemikir Islam kontemporer dalam menghadapi tantangan umat Islam meskipun dalam konteks dan situasi zaman yang telah berbeda.
Sebagai seorang aktivis politik, nampaknya Al-Afghani lebih mantap dalam karya-karya lisan (pidato) daripada dalam tulisan, sekalipun begitu, karya tulisnya yang tidak terlalu banyak tetap mempunyai nilai besar dalam sejarah umat di zaman modern. Beberapa tulisannya bernada pidato yang amat bersemangat, menggambarkan penilaiannya tentang betapa mundurnya umat islam dibanding dengan bangsa erofa yang telah ia saksikan. Tulisan-tulisannya yang tersebar dalam bahasa Arab dan persia telah mengilhami berbagai gerakan revolusioner  Islam melawan penjajahan dan penindasan barat. Karena pada dasarnya Al-Afghani adalah seorang revolusioner politik, ia mengemukakan ide-idenya hanya dalam garis besar, berupa kalimat-kalimat yang bersemangat dan ungkapan-ungkapan kunci, tanpa elaborasi intelektual yang lebih jauh.
Adalah Muhammad Abduh, muridnya yang paling utama yang menjabarkan pemikiran-pemikiran kunci Al-Afghani setelah Abduh berpisah dari gurunya itu karena hendak meninggalkan dunia politik  dan lebih mencurahkan  diri kepada bdang keilmuan dan pendidikan. Dari Muhammad Abduh-lah substansi pemikiran Al-Afghani menemukan formulasi intelektual yang lebih jauh. Melalui Abduh gagasan pembaharuan pemikiran keagamaan menyebar di dunia Islam. Abduh mengajukan argumentasi tentang keharusan membuka kembali pintu ijtihad untuk selamanya, dan dengan keras menentang sistem penganutan tanpa kritik (taqlid). Substansi ide-ide itu sebelumnya juga pernah dikemukakan oleh Al-Afghani dalam makalahnya. Karenanya tidak berlebihan jika dikatakan apa yang dikemukakan oleh Abduh, kemudian Rasyid Ridha dan para pemikir modernis lainnya memiliki benang merah pemikiran pembaharuan Al-Afghani.







Description: jamaluddin alafghaniJamaludin Al-Afghani adalah seorang arsitek dari kebangkitan intelektual Islam modern, dan seorang pemikir anti-imperialis. Yang bernama lengkap Sayyid Jamaluddin Al-Afghani ini tercatat mengambil jalan tengah, yaitu antara tradisionalisme dan modernisme. Sama halnya dianggap, di Timur dan Barat, sebagai ‘pembela Islam, dan sumber utama dari revolusi Islam di abad ke-19. Dia dihormati di dunia Arab sebagai’ Hakeem al-Sharq ‘(orang bijak dari Timur).
Adapun kebangsaan dan denominasi, memunculkan klaim peserta. Klaim pertama menunjukkan Sunni Sayyid silsilah dari Asadabad, Kunar, Afghanistan. Muridnya terdekat ‘Muhammad Abduh, Shakib Arsalan dan account biografi lain yang ditulis tak lama setelah kematiannya, semua setuju dengan pandangan ini. Dia sendiri mendukungnya. Sementara beberapa sarjana Barat telah menuduhnya menyembunyikan identitas Iran. Ada kemungkinan bahwa dia selain memilih untuk hanya disebut seorang Muslim, juga menghindari asosiasi sektarian seperti itu terhadap misinya.
Dengan versi asal Sunni, Al-Afghani dididik oleh ayahnya yang mulai tugas ketika anak berusia delapan. Ketika ia berusia sepuluh tahun, ia telah menyelesaikan studi disiplin seperti Bahasa Arab, Filsafat, Sejarah, Fisika praktis dan teoritis, Metafisika, Matematika, Kedokteran, Anatomi dan Astronomi. Namun, versi asal Iran itu menunjukkan Al-Afghani sebagai di rumah belajar Alquran dan bahasa Arab sampai usia lima tahun. Kemudian, ia mengaku di Sekolah Qazwin pada usia sepuluh. Mereka (yaitu, Afghani dan ayahnya) kemudian bergeser ke Teheran untuk waktu yang singkat dan kemudian melanjutkan ke Najaf dan Karbala di mana Afghani belajar dengan Sheikh Murtaza Ansari, seorang Syiah terkemuka Mujitahid.
Ijazah-Nya (sertifikasi) tercapai, dia meninggalkan di 1.855-6 untuk India di mana ia diyakini telah tinggal selama hampir lima tahun. Tinggal pertama Al-Afghani di India (ca.1856-1858) bertepatan dengan kemenangan Inggris atas pemberontak tahun 1857. Dia menyaksikan bagaimana pemerintah Inggris umumnya membantai India dan khususnya umat Islam yang telah memainkan peran utama dalam pemberontakan itu. Dia juga mengamati pembangkangan dan perjuangan tak kenal lelah dari Muslim India untuk kebebasan mereka. Yakin sekarang sifat kejam dan tidak manusiawi dari imperialisme Barat, secara umum, dan dari versi Inggris, khususnya, ia berpendapat bahwa selain serangan militer, kaum imperialis memiliki agenda lain. Mereka ditangkap, karena pengkhianatan, Kekaisaran Mughal pada nama membantu dan telah secara bersamaan mengatur tentang kehancuran iman dan praktek. Penderitaan umat Islam India dikatakan telah mengarahkan dia akhirnya aliansi dengan `Uthmanis (Ottoman Khalifah). Al-Afghani adalah pada catatan sementara mengekspos desain dari Inggris:
“Hari ini agama Islam adalah seperti kapal yang kapten adalah Muhammad (perdamaian adalah dengan dia) dan semua Muslim penumpang dari kapal ini suci dan ini kapal bahagia terjebak dalam badai dan terancam tenggelam, dan orang-orang kafir, dan pemikir bebas (ahl -i-zandaqeh) dari setiap sisi telah menusuk kapal ini “-. Jamaluddin Al Afghani
(The British) mulai membatasi mata pencaharian yang tersedia bagi kaum Muslimin dan mengintensifkan penindasan mereka terhadap mereka dalam segala hal. Mereka menyakiti kepentingan mereka mengenai pekerjaan umum dan Waqfs menjarah disisihkan untuk Masjid dan madrasah dan diasingkan Ulama dan pemimpin untuk Kepulauan Andaman dan Kepulauan Fiji. Jika menjarah wakaf mereka tidak membantu, Inggris berharap bahwa mengasingkan para pemimpin mereka akan berfungsi untuk menjauhkan umat Islam dari agama mereka, dan mengurangi mereka ke kedalaman ketidaktahuan tentang iman mereka, sehingga mereka akan mengabaikan apa yang Allah telah ditetapkan bagi mereka . Ketika harapan para tiran untuk sarana pertama gagal, dan periode keuntungan dari kedua tampak terlalu lama, mereka terpaksa lain kebijakan untuk pembatasan atau melemahnya agama Islam di tanah India karena mereka takut hanya Muslim sebagai membahayakan pemiliknya itu alam dijarah dan merebut benar.
The 16-18 abad yang ditandai oleh penjajahan ekonomi dan militer dari tanah muslim oleh negara-negara Barat yang didukung oleh Gereja evangelis di drive nya. Kampanye ini juga penting bagi negara-negara Barat dalam mengendalikan bahan baku dan rute laut untuk kegiatan perdagangan mereka. Dihadapkan, di bawah pendudukan kolonial, dengan krisis yang parah di tingkat sosial, ekonomi, politik dan agama, banyak dari dunia Muslim telah kehilangan kedaulatannya ke Eropa Kristen. Dari revivalis Muslim yang berjuang melawan pendudukan Barat, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani adalah yang paling menonjol dalam usahanya untuk menghidupkan kembali ide-ide Islam tradisional.
Mendedikasikan seluruh hidupnya untuk pertahanan persemakmuran Islam, dan bergerak-gerak gelisah di seluruh dunia Muslim, Al-Afghani mengimbau kepada para penguasa kaum muslimin untuk mengumpulkan pelajaran mereka melawan imperialisme Barat. Sementara menyerukan reformasi internal yang sejalan dengan tradisi Alquran dan kenabian, dia bersikeras tentang perlunya kekuatan militer untuk mengakhiri pendudukan asing. Dia mendirikan Qura Ummul yang melambangkan konsep persatuan Islam dan menyatukan seluruh dunia Islam. Ide-ide revolusionernya memiliki dampak yang mendalam pada kebangkitan di dunia Muslim.
Oh! Anda miskin fellah (petani dan petani)! Anda menghancurkan jantung bumi dalam rangka untuk menarik rezeki dari itu dan untuk mendukung keluarga Anda. Mengapa Anda tidak mematahkan hati orang-orang yang memakan buah dari kerja Anda? – Jamaluddin Al Afghani
Muslim India telah berubah dari Dar Ul-Islam (wilayah Islam) ke Dar-ul-Harb (wilayah perang) sebagaimana dinyatakan oleh Shah Abdul Aziz yang ayahnya, Shah Waliullah dari Delhi telah menyerukan jihad melawan Hindu Maratha penaklukan Muslim wilayah. Akhirnya, Sayyid Ahamed Barelawi (1779-1831), dan Ismail, murid Shah Abdul Aziz, memimpin perjuangan bersenjata melawan pemerintahan Inggris. Hal ini didukung oleh Shah Ismail dan Shah Abdul Hayy, anak-in-hukum dan keponakan masing, Shah Abdul Aziz. Gerakan ini, yang dikenal sebagai Tahrik-e-Mujahidin, berakhir dengan kekalahan dan kemartiran dekat Balakot.
Itu selama tinggal pertama di India bahwa ia melakukan ibadah haji dan diikuti dengan kunjungan ke Irak, Persia, Baluchistan, dan mungkin Istanbul sebelum berhenti di Afghanistan.
Menurut Murtada Muthahhari, pengalamannya persatuan universal umat Muslim selama mana Haji Muslim milik semua ras, bahasa, warna, budaya dan tradisi berkumpul dengan satu niat dan iman dalam rumah Allah meyakinkannya kesatuan negara-negara Islam . Beberapa laporan, bagaimanapun, menunjukkan dia sebagai menghentikan pertama di Afghanistan, bergabung Dost Muhammad Khan dan melayani sebagai penasihat penguasa Afghanistan lainnya 1861-8. Aktif membujuk para penguasa Afghanistan dalam melawan campur tangan Inggris di Afghanistan, pengaruh Al-Afghani dalam politik negara yang sangat kuat selama periode Azam Khan (1866-8) yang berhasil dibantu kebijakan melawan Inggris. Tetapi dengan pergeseran kekuasaan-pada tahun 1869, ia meninggalkan Afghanistan untuk India. Sementara Inggris di India tampaknya menyambutnya, ia diletakkan di bawah pengawasan dan melarang untuk bertemu dengan para pemimpin Muslim lainnya. Karena mungkin untuk situasi ini, ia berangkat ke Mesir dan sampai di sana pada bulan Juli 1869. Ini tinggal 40 hari di Mesir memungkinkan dia untuk membicarakan misinya dengan guru dan siswa dari al-Azhar yang terkenal Universitas. Setelah ini, ia mencapai Istanbul pada tahun 1869-an dan disambut oleh otoritas Turki. Terpilih menjadi anggota Anjuman-i-Denmark (Akademi Turki) dalam waktu enam bulan dari kedatangannya, ia segera terlibat dalam pendidikan dan reformasi Muslim di kursi kekhalifahan. Ceramahnya pada bulan Februari 1870, yang disampaikan pada pembukaan Dar-ul-Fanna ‘(sebuah universitas baru), adalah wake-up call bagi umat Islam, kemudian tenggelam dalam berabad-abad stupour mereka. Juga panggilan untuk diri-penguatan melalui reformasi pada garis modern, itu adalah pendahulu untuk pidato kemudian hari pada tahun 1870 di kesatuan negara-negara Muslim. Membandingkan umat. Untuk organisme hidup, semua kelompok Muslim dengan bagian-bagian tubuh itu agar organisme dan Nabi untuk jiwanya, Al-Afghani dibagi bahwa jiwa menjadi beberapa bagian kenabian dan filosofis. Bagian mantan ilahi berbakat, sedangkan yang kedua dicapai melalui upaya intelektual. Nabi demikian sempurna, sementara filsuf bisa tersesat. Al-Afghani salah dituduh membandingkan kenabian dengan Filsafat dan menggambarkan kantor kenabian sebagai salah satu dari tipu muslihat dan kerajinan, memang Nabi sebagai kepribadian yang licik. Pidato ini terbukti menjadi penyebab pengusiran Al-Afghani dari Turki. Cemburu ketenaran tumbuh Al-Afghani, Syekh-ul-Islam, Hasan Fahmi Effendi, bersama dengan beberapa orang lain persepakatan melawan dia dan dibantu kampanye propaganda memanggil Al-Afghani a ‘sesat.’
Diundang oleh seorang politikus terkemuka Mesir, menteri Riyad Pasha, Al Afghani kembali ke Mesir tanggal 22 Maret, 1871. Ia selama ini tinggal delapan tahun (1871-1879) bahwa dia diajarkan di Al-Azhar dan di kediamannya. Mengajar buku teks lanjutan pada mata pelajaran seperti filsafat, astronomi yurisprudensi, dan mistisisme, kelas-rekannya menghasilkan kepribadian serbaguna seperti Muhammad Abduh, kemudian mufti besar Mesir, Muhammad Ahmed, pemimpin Muslim yang memimpin revolusi anti-penjajah di Sudan dan Said Zaghlul, kemudian pemimpin Partai Nasionalis Wafd. Meskipun Khedive Ismail, penguasa saat itu Mesir, mencoba untuk mengurangi korupsi dan kontrol asing di masyarakat Mesir, ia tidak berhasil. Bahkan, intrik para pemimpin Eropa, minat mereka di Terusan Suez yang baru dibangun, utang diatur dan inkompetensi dari kelas penguasa benar-benar meningkatkan pengaruh kaum imperialis ‘dalam urusan Mesir. Al-Afghani, sementara itu, berkomitmen energinya untuk penyebaran anti-imperialis ide-idenya melalui kelas-kelas dan kuliah umum. Dia berkenalan dengan orang-orang ancaman intervensi Eropa dan mendesak mereka untuk bersatu di bawah panji iman. Selama tinggal di Mesir ia menulis surat bertanggal untuk negarawan Ottoman mengambil tema yang sama, rencana dan garis aksi untuk persatuan Muslim kepada Sultan sendiri. Dalam surat ini ditulis dalam bahasa Persia, ia menulis:
… Karena saya menghitung bagian dari bangsa (milla) dan sepotong bahwa masyarakat (umat). Jika bencana menimpa mereka atau duri menusuk penghinaan kaki mereka, tidak ada keraguan bahwa saya akan teguh dalam pengorbanan diri dan akan lebih memilih kematian atas seperti kehidupan penghinaan. Akibatnya, ketika saya berada di negara Pemerintah Ottoman tinggi di usia ini, dan ketika saya mempertimbangkan kondisi negara-negara Islam (Millat-i-Islamiyyah), itu menyewa kemeja kesabaran saya dan saya diliputi oleh pikiran takut dan visi dari setiap sisi. Seperti hari pria terobsesi ketakutan dan malam dari awal sampai akhir, saya telah memikirkan urusan ini dan telah membuat sarana reformasi dan keselamatan ini milla profesi saya dan mantra.
Dalam surat ini, ia mengutip contoh dari dua orang besar yang bersatu orang-orang mereka pada satu platform terhadap bahaya yang akan datang – Abu Muslim, yang menyebabkan kejatuhan dinasti Umayyah, dan Peter Hermit, yang membawa Eropa ke dalam Perang Salib. Membandingkan dirinya dengan Abu Muslim dan mengenai Sultan Ottoman sebagai pusat persatuan Muslim, ia menyatakan antusiasme yang besar dalam menerima tantangan menyatukan umat Islamiyyah di bawah satu tertinggi Khalifah dan di negeri-negeri Muslim membebaskan dari kontrol Barat.
Mendorong siswa untuk memanfaatkan semua media komunikasi massa seperti surat kabar dan majalah secara tertulis tentang isu-isu filosofis, agama, dan politik, ia membantu memulai beberapa surat kabar terkemuka di antara yang Al-Misr dan Al-Tijarah. Perannya dalam memperoleh izin untuk surat kabar seperti Abu-Nazzara Zarqa, didirikan oleh murid Yahudi, Yaqub Sann, dan Miratash Sharqi, didirikan oleh seorang rekan Kristen, itu tak terbantahkan. Murid terdekatnya, Muhammad Abduh, menulis tentang situasi di Mesir saat Al-Afghani tiba demikian:
Orang-orang Mesir sebelum 1293 H (1877) berlutut sepenuhnya di bawah kehendak Sovereign dan fungsionaris dalam urusan publik dan swasta. Tidak satupun dari mereka berani untuk bahaya pendapat atas cara di mana negara mereka diberikan. Mereka jauh dari mengetahui keadaan umat Islam lain atau negara-negara Eropa, meskipun jumlah besar Mesir yang pernah belajar di Eropa dari waktu Muhammad Ali sampai tanggal tersebut, atau yang telah pergi ke negara-negara Muslim tetangga di bawah pemerintahan Muhammad Ali dan Ibrahim. Selain itu, siapa yang akan berani mengungkapkan pendapatnya? Tidak ada, karena salah satu bisa, pada kata sedikit, akan diasingkan dari negara seseorang atau despoiled barang nya atau bahkan dihukum mati. Di tengah kegelapan ini, tiba Jamal al-Din. Dia segera dikelilingi oleh siswa, kemudian oleh fungsionaris banyak dan oleh tokoh penasaran untuk mengetahui ide-ide baru dan doktrin, yang sedang giat diperdebatkan. Siswa dan pendengar disebarkan mereka di kota-kota Mesir dan membantu membangkitkan pikiran, terutama di Kairo.
Beralih ke politik lokal setelah 1876, Al-Afghani sangat kritis terhadap pemerintah. Aktivisme Nya yang terbaik dinyatakan dalam tiga cara: melalui loge Masonik, melalui pidato untuk kedua massa dan elit, dan melalui jurnalisme. Setelah kepala Bintang Timur itu masih ada Lodge, ia kemudian dikeluarkan untuk penggunaan aset untuk tujuan politik. Fokus, pada tahun 1878, pada imperialisme Eropa dalam tulisan-tulisannya, dia menulis sebuah artikel rinci dalam al-Misr al-Bayan berjudul fi al-Ingliz wa al-Afghanistan (The Inggris dan Afghanistan) dan sebuah buku tentang sejarah Afghanistan: Talimmat al-Bayan fi Tarikh al-Afghanistan. Positing perlawanan Afghanistan sebagai akibat langsung dari penindasan dan eksploitasi Inggris, tulisan-tulisan Al-Afghani adalah untuk memperkuat perjuangan Afghanistan melawan imperialisme dan untuk mendorong Mesir untuk belajar dari itu. Dari Afghanistan, ia menegaskan bahwa mereka ‘bangsawan jiwa membawa mereka untuk memilih kematian kehormatan atas kehidupan kehinaan di bawah kekuasaan asing. “Dia juga menulis artikel lain dalam al-Misr yaitu Al-Illa al-Haqiqiya li-Saadat insani (Alasan sebenarnya untuk kebahagiaan manusia), didirikan banyak nasihat dan partai politik yang disebut al-Hizb-ul-Watani (Partai Nasional). Lebih dari apa pun, bagaimanapun, itu adalah jiwanya-aduk pidato di Mesir pada kebangkitan martabat nasional yang menciptakan semangat baru yang revolusioner di negeri itu. Di Alexandria kata-katanya membentuk permohonan sungguh-sungguh:
Oh! Anda miskin fellah (petani dan petani)! Anda menghancurkan jantung bumi dalam rangka untuk menarik rezeki dari itu dan untuk mendukung keluarga Anda. Mengapa Anda tidak mematahkan hati orang-orang yang memakan buah dari kerja Anda?
Pada kesempatan lain, ia mengutip semangat nasionalisme melemah (jinsiyya) dari orang-orang Timur sebagai penyebab penaklukan mereka. Dia dilaporkan telah mengatakan:
Pada saat ini, asing telah membagi tanah Timur, yang keterbelakangan harus memiliki penyebab. Jika kita meneliti realitas filosofis, kita menemukan, untuk keterbelakangan kita, hanya dua penyebab dasar: prejudic (ta `asub) dan tirani (istibdad). Satu-satunya hal yang akan membantu kita muncul dari kesulitan kita saat ini adalah semangat. Zeal dimiliki oleh hanya beberapa warga yang mengetahui bahwa kehormatan mereka hanya dalam perlombaan mereka (jins), kekuasaan itu hanya dalam komunitas mereka (umat) dan kemuliaan mereka hanya di tanah-air mereka (watan)
Setelah perubahan rezim Inggris menghasut pada tahun 1879 di mana Khedive Ismail digantikan oleh Taufiq Khedive sebagai kepala pemerintah, Al-Afghani diusir dari Mesir. Dia segera kembali di India di mana ia tinggal sampai tahun 1882, bekerja sebagai pembaharu Islam dan pembela Islam. Mengutuk sekte Naturalis dari para pengikut Sayyid Ahmed Khan sementara di Hyderabad, ia menulis terkenal Kebenaran tentang Sekte Neichari dan Penjelasan Necharis (hakikat-i mazhab-i Naychari wa Bayan-i Hal-i Naychariyan). Karya ini, pertama kali diterbitkan pada tahun 1881 di Hyderabad, kemudian diterjemahkan oleh Muhammad ‘Abduh dan Abu Turab ke dalam bahasa Arab dan kembali diterbitkan sebagai The Refutation dari Materialis (al-Radd’ ala al-dahriyyin) di Beirut.
Disimpan di bawah tahanan rumah di Calcutta, namun ia berhasil menciptakan sebuah band kecil revolusioner, dalam menulis artikel seperti ‘Commentary on komentator,’ dan dalam memberikan kuliah tentang ‘Pengajaran dan Pendidikan,’ di Albert Hall, Madrasah-e-Aliya , yang semuanya diterbitkan dalam Maqalat-i-Jamaliyyah pada tahun 1884 oleh Abdul Gaffar Shahbaz di Calcutta. Advokasi kebijakan persatuan nasional melawan Inggris selama tinggal kedua di India (1879-1882), Al-Afghani dideklarasikan pada 1882 ceramahnya tentang ‘pengajaran dan pendidikan’ di Calcutta:
Tentu saja, saya harus senang melihat anak seperti India karena mereka adalah cabang dari bahwa India yang merupakan tempat lahirnya manusia. Nilai-nilai kemanusiaan menyebar dari India ke seluruh dunia. Pemuda-pemuda berasal dari tanah yang sangat di mana lingkaran meridian pertama kali ditentukan. Perhatikan bagaimana angka India dipindahkan dari sini ke Arab dan dari sana ke Eropa. Para pemuda juga merupakan putra dari tanah yang merupakan sumber dari hukum dan aturan dari dunia. Jika kita mengamati dengan seksama, ia akan melihat bahwa ‘kode Romain, “ibu dari semua kode Barat, diambil dari kitab Veda dan Shastra. Orang-orang Yunani adalah murid dari India dalam gagasan sastra, puisi jernih dan pikiran yang tinggi. Salah satu murid, Pythagoras, menyebarkan ilmu dan kebijaksanaan di Yunani dan mencapai suatu ketinggian yang dunianya diterima tanpa bukti, dan sebagai inspirasi dari (India). Ini tanah India adalah tanah yang sama, ini udara India adalah udara yang sama dan anak-anak muda yang hadir di sini adalah buah dari bumi yang sama dan iklim.
Dalam sebuah artikel yang ditulis pada bulan April 1883 dan diterbitkan di L’kompromi sebagai ‘Surat di India,’ Al-Afghani mengkritik keras peran Inggris di India. Dia mengatakan bahwa tujuan utama dari Inggris dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi penguasaan semua rute dari India. The British tahu bahwa semua orang India membenci mereka dan bahwa satu tembakan ditembakkan oleh kekuatan asing pada, atau dekat, perbatasan India akan cukup untuk memicu pemberontakan nasional. Dalam artikel ini ia menekankan pada persatuan Hindu-Muslim dan bukan pada tindakan Muslim terpisah di India. Lebih lanjut, ia juga menyerukan serangan bersama melawan Inggris untuk membebaskan India dari kekuasaan Inggris. Menyoroti sifat eksploitatif pendudukan, ia terkena penjarahan kekayaan British India dan sumber daya alam yang jutaan kiri India menghadapi kelaparan, kemiskinan dan kematian. Menjawab klaim Inggris tentang peran mereka dalam pembentukan sekolah di India, ia berkata:
Mereka membangun sekolah hanya untuk mengajarkan bahasa Inggris sehingga India dapat digunakan di kantor-kantor pemerintah. Klaim Inggris bahwa mereka mengakhiri penindasan penguasa India lokal menggelikan, karena penindasan digunakan untuk terbatas pada beberapa daerah dan para penguasa menghabiskan kekayaan mereka di India, tapi sekarang penindasan bersifat umum dan mengisap British darah Indian dan kulit daging untuk membawanya pulang sebagai jarahan.
Artikel tertulisnya di Hyderabad, yaitu ‘Manfaat Surat Kabar,’ ‘Pengajaran dan pendidikan,’ ‘Penyebab sebenarnya dari kebahagiaan manusia dan kesusahan,’ ‘Filsafat Persatuan Nasional dan kebenaran tentang kesatuan bahasa,’ dan ‘Manfaat Filsafat ‘ini dipublikasikan dalam jurnal Hyderabad, Muallim-i-Shafiq pada 1881. Memuliakan peradaban India kuno dan kontribusi terhadap pengetahuan manusia, ia menyerukan persatuan Hindu-Muslim dalam perjuangan melawan imperialisme Inggris. Dalam sebuah artikel tentang ‘Filosofi persatuan nasional dan kebenaran tentang kesatuan bahasa’ ia menyatakan, “Tidak ada kebahagiaan kecuali dalam kebangsaan dan tidak ada kebangsaan, kecuali dalam bahasa.” Hanya setelah Inggris menduduki Mesir dan Gerakan Nasionalis Mesir ( yaitu, gerakan Urabi yang banyak pengikutnya telah bergabung) pada akhir Perang Besar, yang ia diperbolehkan untuk pergi ke London pada 1882-an.
Di London ia menulis beberapa artikel di surat kabar an-Nahla, yang paling menonjol di antaranya adalah ‘kebijakan Inggris di negara-negara Timur,’ dan ‘The Alasan untuk perang di Mesir,’ di mana dia mengembangkan gagasan al-Urwath al- Wuthqa. Penerbitan banyak artikel di Perancis, ia menulis surat terbuka – ‘Jawaban untuk Renan’ – di al-Basir dalam menanggapi filsuf Perancis, kuliah Ernest Renan tentang ‘Islam dan Sains’ (Mei ‘de Debat’ 18, 1883) dan Surat ‘Sur’ l Hindoustan ‘(‘ Surat di India ‘) dalam L kabar’ keras kepala, pada tanggal 24 April, 1883. Tiga artikel tentang ‘Le Mahdi’ (The Mahdi) juga diterbitkan dalam tiga isu Desember 1883 surat kabar yang sama. Dengan muridnya diasingkan, Muhammad Abduh, bergabung dengannya di Paris pada tahun 1884, ia mulai menerbitkan jurnal nya yang terkenal Al-‘Urwath al-Wuthqa (‘ The Firm Obligasi ‘), judul yang diambil dari Al-Qur’an (‘ agar siapa mendustakan di setan, dan beriman kepada Allah, dia memang meletakkan berpegang pada pegangan teguh yang tidak pernah istirahat ‘(2:56).). Dihentikan pada Oktober 1884 (setelah hanya masalah kedelapan belas nya) terutama karena antagonisme Inggris, jurnal terbukti berperan dalam banyak gerakan revivalis Islam di seluruh dunia. Setelah ini, aktivisme politik berkaitan dengan Mahdi Sudan, Inggris, Sultan Ottoman dan ekspansi Rusia melihat dia pergi melalui profil tinggi beberapa, tapi tidak berhasil, pertemuan dengan para pejabat Inggris. Meninggalkan London pada tahun 1885, ia berada di Persia untuk waktu yang singkat ketika ia menulis beberapa artikel seperti ‘Baby Suckling,’ Di kesenangan pribadi Manusia ‘dan’ Di Kebanggaan ‘Pada bulan Mei 1887., Ia datang ke suatu perjanjian dengan Tsar di Moskow selama pencetakan Alquran. Sementara di sana, dan di bawah Masyarakat Pembebasan India, dia, bersama-sama dengan Dalip Singh, putra Maharaja Ranjeet Singh, pemimpin Sikh yang terkenal, mengeluarkan manifesto bersama – menghasut pemberontakan anti-Inggris di India – yang didistribusikan di Eropa. Dengan kematian Katkov, Namun, rencana tersebut gagal.
Sebelumnya menawarkan jabatan perdana menteri Iran oleh Shah Nasir al-Din yang mendesaknya untuk kembali ke Iran, Al Afghani, meskipun menolak tawaran awalnya, kemudian menetap di sana selama beberapa tahun. Dengan sejumlah Ulama dan intelektual seperti Syekh Ali dari Qazwin, salah satu juri kepala, Mirza Aqa Khan, sub-editor Persia Akhtar, Mirza Riza Kirman, dan Mirza Mohammad Ali Khan Teheran bergabung dengannya, Iran terbukti subur dalam menerima Al Afghani ide. Namun, popularitas ide-ide revolusionernya adalah alasan yang cukup bagi pemerintah otokrasi untuk mengingkari kesepakatan dengan dia, dan untuk merencanakan pembunuhan itu. Mengelola untuk melarikan diri ini mencoba membunuhnya dengan berlindung di sebuah kuil lokal, Al Afghani lebih mempertajam kritiknya terhadap malpraktek dan dukungan dari pemerintah otokrasi untuk kaum imperialis. Popularitas massa meskipun demikian, dia segera diusir dari Iran setelah disiksa di urutan Shah. Meninggalkan Iran, ia segera di Baghdad dan Basra sebelum pindah ke London di mana ia tetap sampai 1892. Namun, kampanye tanpa henti melawan pemerintah Persia kerjasama dengan kaum imperialis melihat Mirza Hassan Shirazi, yang Mujitahid Iran memaksa pemerintah untuk menyerah hubungan dengan kaum imperialis. Itu tidak dalam ukuran kecil yang artikel Al Afghani tentang “pemerintahan teror di Persia, ‘dicetak di surat kabar Arab Ziya ul-Khafiqayn, membantu dalam pembalikan kebijakan.
Sesampainya di Istanbul atas undangan al-Hamid Abd Sultan ‘II, Al Afghani diberitahu bahwa Sultan mungkin dimaksudkan untuk menjaga dia di bawah pengawasan. Pada saat ini, ia dilaporkan telah membuat pernyataan legendaris: Baginya ‘Aku tidak takut penjara, karena di masa lalu mereka telah dipenjarakan juga orang saya, tetapi untuk pikiran saya, tidak dalam kekuasaan mereka untuk memenjarakan itu. ” Istanbul tampaknya tempat terbaik untuk misinya reformasi dan regenerasi umat. Sementara di sana, ia menulis surat kepada para pemimpin negara-negara muslim untuk memobilisasi mereka terhadap imperialisme Inggris. Dia juga mencoba untuk membangun hubungan yang harmonis antara Sunni dan Syiah Turki Persia dengan memperoleh pengakuan Syiah untuk khalifah OttomanOttoman, dan pengakuan Sunni untuk Raja Persia sebagai kepala kaum Syiah, dan untuk dua kota suci Syiah di Irak. Diminta oleh Sultan, ia bahkan berhenti kritiknya terhadap Shah of Persia. Menuduh raja egois yang bertanggung jawab untuk divisi ini, ia mendesak Ulama untuk menjembatani kesenjangan antara dua komunitas. Dia mengingatkan mereka bahwa pembagian ini hanya berfungsi untuk melemahkan umat Islam lebih jauh. Baik Ali – siapa Syiah lihat sebagai penerus Muhammad – atau Abu Bakar, yang diakui sebagai khalifah pertama, akan menyetujui perang dan divisi dilakukan dalam nama mereka. Dalam Al-Urwath al-Wuthqa, ia mengimbau agar Iran dan Afghanistan untuk melupakan perbedaan mereka dan, sebagai gantinya, untuk lebih peduli asal bersama mereka. Dia membentuk sebuah masyarakat bekerjasama dengan Syiah Iran yang terutama mencoba untuk menjembatani kesenjangan antara kedua komunitas. Dia juga berencana untuk membentuk sebuah organisasi tingkat tinggi Islam yang akan terlihat setelah masalah negara-negara Muslim dan memerangi semua tantangan dari negara-negara Eropa. Menuduh negara-negara imperialis merusak bahasa, budaya dan pendidikan dari orang subjek, katanya:
Tidak ada masyarakat tanpa bahasa, bahasa tidak ada tanpa budaya (Adab), ada kehormatan tanpa sejarah dan sejarah tidak untuk bangsa jika tidak ada satu untuk melestarikan kontribusi orang-orang besar mereka. Pemeliharaan budaya, bahasa dan kehormatan masyarakat semata-mata tergantung pada pendidikan negara sendiri (Talim-e-watan) yang berbasis di satu tanah demi tanah air, terlepas dari perbedaan agama atau lainnya di kalangan masyarakat.
Dia tidak melihat kontradiksi antara pendidikan, budaya atau bahasa berbasis kesatuan dan persatuan Islam (Ittehade Islami) yang bertujuan untuk kesatuan umat Islam dari berbagai negara atas dasar iman di bawah satu Khalifah. Dengan tidak adanya pemerintahan Islam yang kuat terpusat, ia mendukung tren nasionalis untuk melawan imperialisme Barat. Selama periode terakhir hidupnya, ia tinggal di Istanbul dan bekerja untuk persatuan Islam dengan dukungan dari Sultan Abdul Hamid. Mengatasi pertemuan di sana, dia pernah berkata:
Hari ini agama Islam adalah seperti kapal yang kapten adalah Muhammad (perdamaian adalah dengan dia) dan semua Muslim penumpang dari kapal ini suci dan ini kapal bahagia terjebak dalam badai dan terancam tenggelam, dan orang-orang kafir, dan pemikir bebas (ahl- i-zandaqah) dari setiap sisi telah menusuk kapal ini. Apa tugas dari para penumpang seperti kapal terancam tenggelam dan penduduknya dekat dengan kebinasaan? Haruskah mereka pertama kali mencoba untuk melestarikan dan menyelamatkan kapal ini dari badai dan tidak tenggelam atau malah membawa kapal dan satu sama lain untuk ambang kehancuran akibat percekcokan, motif pribadi dan ketidaksepakatan kecil?
Namun, Sultan Abdul Hamid menjadi curiga pertemuan Afghani dengan Khedive Mesir dan Abbas Hilmi – baik pemimpin Arab – dan seharusnya dia akan bersekongkol dalam pemulihan dari kekhalifahan Arab di bawah kepemimpinan Khedive tersebut. Namun demikian, Sultan menolak ekstradisi Afghani kepada pihak berwenang Iran karena dituduh terlibat dalam pembunuhan Shah Nasir al-Din yang telah terjadi sementara itu. Ini sementara tiga pengikutnya, Sheikh Ahamed Kirman, Haji Mirza Hassan Khan, dan Khabir-ul-Mulk yang juga terlibat dalam pembunuhan pemimpin Persia, yang diserahkan kepada Iran. Afghani sendiri meninggal pada tanggal 9 Maret 1897. Sementara pemerintah Ottoman dikaitkan kematiannya kanker, laporan lain menyatakan bahwa Al Afghani diracun. Christian hamba-Nya Jurji Kuichi hadir pada saat kematiannya. Dimakamkan tenang di pemakaman Sheykhler Mezarlighi dekat Nishan Tashi, tempat peristirahatan itu tetap merupakan spekulasi publik hingga beberapa tahun kemudian ketika seorang turis Amerika – Dr Karin – menemukan makamnya di 1919. Selanjutnya, jenazahnya dikirim ke Kabul pada 1945 atas permintaan pemerintah Afghanistan.
Al-Afghani menjelaskan kesatuan Islam semua umat Islam (Al-Wahdat Al-Islamiyah) yang jangka Barat Pan-Islamisme, sebagai sarana ampuh untuk melawan imperialisme Barat. Dia bersikeras potensi umat untuk membangun peradaban besar lagi dengan mengikuti penegasan Al-Qur’an, innamal mu’minuna ikhwa (semua Muslim adalah saudara), dan dengan melupakan perselisihan internal mereka, politik atau agama, dan bersatu untuk memerangi penetrasi oleh kekuatan Eropa, khususnya Inggris. Jurji Zidan, dalam paragraf penutup biografi Al-Afghani di Mashahir ash-Sharq (pria Dirayakan dari Timur), menyatakan:
Ini akan dikumpulkan dari ini ringkasan singkat hidupnya dan perbuatan bahwa tujuan ke arah mana semua tindakannya diarahkan dan poros di mana semua harapannya berubah, adalah kebulatan Islam dan menyatukan semua umat Islam di seluruh bagian dunia menjadi satu Kekaisaran Islam di bawah perlindungan dari Yang Maha Khalifah. Dalam upaya ini dia menghabiskan seluruh energinya dan untuk tujuan ini ia meninggalkan semua ambisi duniawi mengambil untuk dirinya istri dan mengadopsi profesi.

LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT RINGKASAN (RESUME)

1.      Membaca Teks Atau Naskah Yang Asli
Pada dasarnya sebelum kita membuat karya tulis dengan teknik studi kepustakaan (sumber data berdasarkan buku), yang perlu ditanamkan pada diri kita adalah menyukai membaca. Ingat pepatah “Buku Adalah Jendela Dunia” gak? Semakin banyak kita membaca buku maka semakin banyak hal yang kita ketahui. Bagi mahasiswa wajib hukumnya untuk menyukai membaca. Kenapa? Kalau mengingat tugas akhir atau kriteria kelulusan kita yaitu membuat skripsi, sangat perlu untuk membaca banyak buku referensi yang terkait dengan skripsi demi menghasilkan skripsi yang baik dan berkualitas serta akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri nantinya jika kita benar-benar berhasil.
Nah kalau sudah menyukai membaca, maka gak akan ada kendala besar dalam membuat ringkasan (resume) karena membaca teks/naskah asli dalam proses pembuatan resume ini tidak cukup hanya sekali. Membaca naskah asli harus berulang kali sampai kita memahami keseluruhan isi dan memahami maksud si penulis. Belum lagi jika naskah aslinya memiliki istilah-istilah yang sukar dipahami, maka itu perlu juga digarisbawahi kata yang sulit dimengerti dan mencari tahu apa maknanya agar menambah pemahaman kita. Membaca naskah aslinya juga harus sampai tuntas agar kita mendapatkan gambaran umum dan sudut pandang dari si penulis.

2.      Menentukan dan Mencatat Gagasan Utama
Setelah memahami maksud dari si penulis, kemudian kita harus mampu menemukan pokok-pokok tulisan. Baca kembali dan lebih dimengerti lagi paragraf demi paragrafnya, bagian demi bagiannya, untuk selanjutnya dikonkritkan dalam bentuk poin-poin penting yang disebut gagasan utama. Gagasan utama adalah pikiran utama yang terdapat dalam tulisan. Gagasan utama sama saja dengan ide pokok. Jika yang mau dibuat resume adalah sebuah jurnal, maka kita tidak harus mencatat semua gagasan utama di setiap paragraf jurnal aslinya. Kenapa? Tidak semua paragraf yang ada dijurnal memiliki gagasan utama karena di dalam jurnal banyak terdapat kutipan-kutipan seseorang dan data-data sedangkan gagasan utama itu sendiri berasal dari kalimat utama yang merupakan pemikiran murni dari si penulis bukan berupa opini, kutipan ataupun data. Meski begitu, setidaknya dari beberapa paragraf ada kalimat-kalimat yang mewakili pokok dari tulisan atau sebagai gagasan utamanya. Tentukan gagasan utama yang esensial agar nantinya saat kita menulis resume tidak melebar dan tidak terlalu panjang. Kemudian setelah gagasan-gagasan utama telah kita catat semua, gagasan-gagasan itu harus disusun teratur atau sesuai dengan urutan isi jurnal. Lihat bagian daftar isi untuk memastikan urutan isi jurnal yang benar.

3.      Mulai Menulis Ringkasan (Resume)
Pergunakanlah gambaran umum tentang keseluruhan isi jurnal/naskah yang telah terbayang diotak kita dan hasil pencatatan gagasan utama tadi untuk dibuat resume. Ingat yah, urutan paragraf untuk pembuatan resume harus sesuai dengan naskah aslinya. Kalau di jurnal biasanya kan banyak sub babnya, kita gak perlu ikutin jurnal untuk membuat poin-poin sub bab juga karena resume merupakan ringkasan singkat jadi buatlah resume dalam bentuk paragraf demi paragraf saja. Tapi memang ada juga yang cara pembuatan resume jurnal  dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibuat namun saya lebih memilih dalam bentuk kalimat paragraf per paragraf agar terlihat lebih berkesinambungan ketika dibaca. Kemudian kalimat-kalimat dalam resume yang kita buat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari naskah aslinya. Tetapi kita tidak boleh menyelipkan pendapat pribadi kita di dalam resume apalagi jika pendapat tersebut berlawanan dengan isi jurnal asli, haram hukumnya. Pembuat resume hanya boleh menulis yang sesuai dengan jalan pemikiran si penulis asli. Jika gagasan-gagasan kita masih terasa rancu, silakan liat naskah aslinya lagi. Sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kalimat asli penulisnya karena kalimat asli penulisnya hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting (merupakan kaidah, kesimpulan, ataupun perumusan padat). Dan gak perlu pakai bahasa tingkat dewa (bahasa yang sulit dimengerti) dalam membuat resume agar resume kita bisa dibaca oleh siapa saja tanpa memandang status pendidikan. Kalau kita menggunakan terlalu banyak istilah asing, terkesan lebay dan hanya orang-orang yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi saja yang paham sedangkan yang dibawah itu tidak akan paham. Akan lebih baik jika tulisan kita bisa diterima oleh berbagai lapisan masyarakat,  jadi gunakan bahasa yang mudah dicernah oleh siapapun. Dan saat kita sedang membuat resume, hindari juga kutipan. Kutipan yang berada pada jurnal adalah kutipan milik si penulis jurnal karena si penulis membuat jurnal atas dasar melakukan penelitian dengan menggunakan teori dari orang yang dikutipnya. Kita sebagai pembuat resume tidak berhak untuk mengutip lagi apa yang telah dikutipkan oleh si penulis asli karena kita tidak melakukan penelitian sungguhan, kita hanya meringkas dari jurnal miliknya. Dalam pembuatan resume gak perlu membuat kalimat yang bertele-tele dan gak perlu berpanjang lebar menjelaskan karena penjelasan secara mendetail sudah ada di dalam naskah asli. Jadi buatlah tulisan ringkasan yang padat tapi mewakili keseluruhan isi. 

4.      Membaca Kembali Ringkasan (Resume) Yang Telah Dibuat
Setelah selesai membuat resume, baca kembali resume kita untuk memeriksa apakah ada kesalahan penulisan atau tidak. Resume juga perlu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gunakan ejaan dan tanda baca yang tepat. Kemudian periksa kembali apakah resume buatan kita bersesuaian dengan naskah asli atau tidak.

Dibawah ini merupakan contoh  resume yang saya buat berdasarkan pada sebuah jurnal  ‎: 
RESUME
IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING BERBANTUAN KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA I PADA MAHASISWA PGSD
Trimurti
Jurnal Kependidikan Vol.39, No.2, November 2009 Universitas Negeri Semarang

Ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, seringkali banyak mahasiswa yang enggan untuk bertanya kepada dosen saat ia merasa kurang memahami materi yang sedang dipelajari sehinggaa suasana kelas menjadi pasif. Strategi pengajar (dosen) untuk membangun keaktifan mahasiswa adalah dengan melibatkan mahasiswa ke dalam diskusi. Akan tetapi strategi ini masih belum bisa terealisasikan secara sempurna dikarenakan hanya beberapa mahasiswa yang menonjol saja yang berani mengemukakan pendapat saat diskusi berlangsung, sedangkan sebagian besar mahasiswa yang lain hanya mampu terdiam menyimak. Suasana kelas perlu dirancang agar seluruh mahasiswa mampu berinteraksi satu sama lain untuk menyelesaikan tugas maupun memecahkan masalah yang diberikan oleh pengajar (dosen).
Cooperative Learning  merupakan strategi pembelajaran yang berhasil dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang heterogen untuk mencapai hasil yang maksimal dengan menerapkan lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Dalam model Cooperative Learning perlu adanya penggunaan teknologi berupa komputer agar mahasiswa terampil dalam memanfaatkan media komputer dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil belajar tidak hanya meliputi penguasaan materi, tetapi juga keterampilan berproses mahasiswa. Hasil belajar diperoleh dengan cara mengunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau observasi serta tugas kelompok dan individu.
Dari hasil analisis, sebanyak 56% mahasiswa masuk dalam kategori terampil, 22% cukup terampil, 19% sangat terampil dan hanya 3% saja yang tidak terampil dalam pemanfaatan media komputer. Maka hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh keterampilan berproses dalam penerapan model Cooperative Learning berbantu komputer terhadap hasil belajar mahasiswa adalah cukup besar. Dimana keterampilan berproses ini dinilai dari cara presentasi dan hasil tugas kelompok mahasiswa.
 Belajar akan efektif jika situasi kondusif terwujud saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu berupa interaksi positif antara dosen dan mahasiswa ataupun antar mahasiswa di dalam kelas. Dalam kondisi yang kondusif ini, mahasiswa menjadi tertantang untuk bertanya, mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat/ide, serta menanggapi sesuatu karena mahasiswa merasa nyaman dan tidak takut untuk melakukan suatu kesalahan di dalam proses belajar. Berdasarkan uji banding antara dua model pembelajaranpun didapatkan kesimpulan bahwa model Cooperative Learning lebih efektif dibanding model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
 Model Cooperative Learning  mampu menciptakan kondisi yang kondusif dalam proses pembelajaran mahasiswa. Dengan model Cooperative Learning, mahasiswa dapat bekerja sama dalam kelompok untuk belajar dan bertanggung jawab akan keberhasilan belajar semua anggota kelompok. Ada 3 manfaat yang akan didapatkan mahasiswa pada penggunaan model Cooperative Learning ini, yaitu; penghargaan terhadap kelompok yang berhasil, tanggung jawab masing-masing anggota kelompok serta kesamaan kesempatan untuk berhasil.

NB : Pada  bagian kepala resume biasakan untuk mencantumkan nama penulis jurnal, tahun terbit jurnal, judul jurnal, dan lokasi terbit jurnalnya ya agar yang baca gak perlu bolak balik nyariin apa jurnal aslinya hehehehehe
Sekian ya penjelasan singkat mengenai cara membuat ringkasan (resume) dari saya. Semoga kalian bisa memahami tulisan ini dengan baik. Jika masih ada yang kurang dimengerti bisa bertanya dikolom komentar, mudah-mudahan saya bisa membantu ^^

Akhir kata, wassalam mu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh



Komentar

Postingan Populer