Biografi Jamaluddin Al-Afghani
Biografi
Jamaluddin Al-Afghani
PEMBAHASAN
A. Biografi Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan
dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara
Islam ke negara Islam lain. Pengaruh terbesar ditinggalkannya kalau uraian
mengenai pemikiran dan aktivitasnya dimasukkan ke dalam bagian tentang
pembaharuan di Mesir.
Jamaluddin Al-Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839
dan meninggal dunia di Istambul di tahun 1897. Di tahun 1864 ia menajdi
penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad
A’zam Khan menjadi Perdana Menteri. Pada itu Inggris telah mulai
mencampuri soal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolokan yang
terjadi Al-Afghani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris.
Pihak pertama kalah dan Al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat
lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869.
Di India ia juga merasa tidak bebas bergerak karena negara
ini telah jatuh ke bawah kekuasaan Inggris, dan oleh karena itu ia pindah ke
Mesir di tahun 1871. Ia menetap di Cairo dan pada mulanya menjauhi
persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah
dan sastra Arab. Di sanalaha ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi.
Menurut keterangan Muhammad Salam Madkur, para peserta terdiri atas orang-orang
terkemuka dalam bidang pengadilan, dosen-dosen, mahasiswa dari Al-Azhar serta
perguruan-perguruan tinggi lain, dan juga pegawai-pegawai pemerintah. Tetapi ia
tidak lama dapat meninggalkan lapangan politik. Di tahun 1876 turut campur
tangan Inggris dalam soal politik di Mesir makin meningkat.
Dari Mesir Al-Afghani pergi ke Paris dan di sini ia mendirikan perkumpulan Al-’Urwah
Al-Wusqa. Anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India, Mesir, Suria, Afrika
Utara dan lain-lain. Di antara tujuan yang hendak dicapai ialah memperkuat rasa
persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan.
Sewaktu di Eropa Al-Afghani mengadakan perundingan dengan Sir Randolp Churchil
dan Drummond Wolf tentang masalah Mesir dan tentang penyelesaian pemberontakan
Al-Mahdi di Sudan secara damai. Tetapi kedua usaha itu tidak membawa hasil.
Al-Afghani
dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya hanya demi kemajuan islam. Ia
rela beranjak dari suatu negara ke negara lainnya demi menyuarakan
pemikiran-pemikiran revolusionernya, tentunya demi mengangkat posisi dan
martabat Islam yang jauh tertinggal dari dunia barat. Di zamannya Islam berada
di bawah bayang-bayang imperialisme Barat. Kondisi masyarakat muslim yang jauh
dari Islam, menurutnya adalah salah satu penyebab utama kemunduran dunia Islam.
Fanatisme yang masih kental kala itu, belum lagi dengan tidak adanya rasa
persaudaraan di antara sesama muslim yang berkonsekwensi pada minimnya rasa
solidaritas menjadikan masyarakat muslim rentan terhadap perpecahan.
Tetapi pada itu tak boleh dilupakan bahwa kegiatan politik yang dijalankan Al-Afghani
sebenarnya didasarkan pada ide-idenya tentang pembaharuan dalam Islam.
Pemikiran pembaharuannya berdasar atas keyakinan bahwa Islam adalah yang sesuai
untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan, kalau kelihatan ada pertentangan antara
ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa perubahan zaman dan perubahan
kondisi, penyesuaian dan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang
ajaran-ajaran Islam seeprti yang tercantum dalam al-Qur`an dan Hadits. Untuk
interpretasi itu diperlukan ijtihad dan pintu ijtihad baginya terbuka.
1.
Pemikiran
Politik Jamaluddin Al-Afghani
Al-Afghani
berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan antara lain karena umat
telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada dan qadar
telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang enjadikan umat menjadi statis.
Sebab-sebab lain lagi adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri,
lemahnya persaudaraan antara umat Islam dan lain-lain.
Untuk mengatasi
semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat Islam harus
kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan akhlak,
berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis harus diubah menjadi
demokratis, dan persatuan umat Islam hars diwujudkan sehingga umat akan maju
sesuai dengan tuntutan zaman. Ia juga menganjurkan umat Islam untuk mengembangkan pendidikan
secara umum, yang tujuan akhirnya untuk memperkuat dunia Islam secara politis
dalam menghadapi dominasi dunia barat. Ia berpendapat tidak ada sesuatu dalam
ajaran Islam yang tidak sesuai dengan akal/ilmu pengetahuan, atau dengan kata
lain Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya bagaimana
ide-ide pembaharuan dan pemikiran politik Al-Afghani tentangnegara dan sistem
pemerintahan akan diuraikan berikut ini :
a. Bentuk negara dan pemerintahan
Menurut Al-Afghani, Islam menhendaki
bahwa bentuk pemerintahan adalah republik. Sebab, di dalamnya terdapat
kebebasan berpendapat dan kepala negara harus tunduk kepada Undang-Undang
Dasar. Pendapat seperti ini baru dalam sejarah politik Islam yang selama ini
pemikirnya hanya mengenal bentuk khalifah yang mempunyai kekuasaan absulot.
Pendapat ini tampak dipengaruhi oleh pemikiran barat, sebab barat lebih
dahulu mengenal pemerintahan republik, meskipun pemahaman Al-Afghani
tidak lepas terhadap prinsip-prinsip ajaran Islam yang berkaitan dengan dengan
kemasyarakatan dan kenegaraan. Penafsiran atau pendapat ersebut lebih maju dari
Abduh yaitu Islam tidak menetapkan suatu bentuk pemerintahan , maka bentuk
demikianpun harus mengikuti masyarakat dalam kehidupan materi dan kebebasan
berpikir. Ini mengandung makna, bahwa apapun bentuk pemerintahan, Abduh
menghendaki suatu pemerintahan yang dinamis.
Pemunculan ide Al-Afghani tersebut
sebagai reaksi kepada salah satu sebab kemunduran politis yaitu
pemerintah absulot.
b. Sistem Demokrasi
Di dalam pemerintahan yang absulot
dan otokratis tidak ada kebebasan berpendapat, kebebasan hanya ada pada
raja/kepala gegara untuk bertindak yan tidak diatur oleh
Undang-undang. Karena itu Al-Afghani menghendaki agar corak pemerintahan
absulot diganti dengan dengan corak pemerintahan demokrasi.
Pemerintahan demokratis merupakan
salah satu identitas yang paling khas dari dari pemerintahan yang berbentuk
republik. Demokrasi adalah pasangan pemerintahan republik sebagaimana
berkembang di barat dan diterapkan oleh Mustafa Kemal Attaturk di Turki sebagai
ganti pemerintahan khalifah. Dalam pemerintahan negara yang demokratis, kepala
negara harus mengadakan syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat yang
berpengalaman karena pengetahuan manusia secara individual terbatas sekali
dan syura diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an agar dapat dipraktekkan
dalam berbagai urusan.
Selanjutnya ia berpendapat
pemerintahan otokrasi yang cenderung meniadakan hak-hak individu tidak sesuai
dengan ajaran Islamyang sangat menghargai hak-hak individu. Maka pemerintahan
otokrasi harus diganti dengan pemerintahan yang bercorak demokrasi yang
menjunjung tinggi hak-hak individu. Menurut Al-Afghani, pemerintahan yang
demokrasi menghendaki adanya majelis perwakilan rakyat. Lembaga ini bertugas memberikan
usul dan pendapat kepada pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan negara.
Urgensi lembaga ini untuk menghindari agar tidak muncul pemerintahan yang
absulot. Ide atau usul para wakil rakyat yan berpengalaman merupakan sumbangan
yang berharga bagi pemerintah. Karena itu para wakil rakyat harus yang
berpengetahuan dan berwawasan luas serta bermoral baik. Wakil-wakil rakyat yang
demikian membawa dampak positif terhadap pemerintah sehingga akan melahirkan
undang-undang dan peraturan atau keputusan yang baik bagi rakyat.
Selanjutnya, para pemegang kekuasaan
haruslah orang-orang yang paling taat kepada undang-undang. Kekuasaan yang
diperoleh tidak lantaran kehebatan suku, ras, kekuatan material dan kekayaan.
Baginya kekuasaan itu harus diperoleh melalui pemilihan dan disepakati oleh
rakyat. Dengan demikian orang yang terpilih memiliki dasar hukum untuk
melaksanakan kekuasaan itu.
Pendapat di atas mengisyaratkan
bahwa sumber kekuasaan menurut Al-Afghani adalah rakyat, karena dalam
pemerintahan republik, kekuasaan atau kedaulatan rakyat terlembaga dalam
perwakilan rakyat yang anggotanya dipilih oleh rakyat.
c. Pan Islamisme / Solidaritas Islam
Al-Afghani menginginkan adanya
persatuan umat Islam baik yang sudah merdeka maupun masih jajahan. Gagasannya ini
terkenal dengan Pan Islamisme. Ide besar ini menghendaki terjalinnya kerjasama
antara negara-negara Islam dalam masalah keagamaan, kerjasama antara kepala
negara Islam. Kerjasama itu menuntut adanya rasa tanggungjawab bersama dari
tiap negara terhadap umat Islam dimana saja mereka berada, dan menumbuhkan
keinginan hidup bersama dalam suatu komunitas serta mewujudkan kesejahteraan
umat Islam.
Kesatuan benar-benar menjadi tema
pokok pada tulisan Al-Afghani. Ia menginginkan agar umat Islam harus mengatasi perbedaan
doktrin dan kebiasaan permusuhan. Perbedaan sekte tidak perlu menjadi hambatan
dalam politik, dan kaum muslimin harus mengambil pelajaran dari contoh Jerman,
yang kehilangan kesatuan nasionalnya karena terlalu memandang penting perbedaan
agama. Bahkan perbedaan besar dalam doktrin wilayah teluk, antara sunni dan
syi’ah, dapat dijembatani sehingga ia menyerukan kepada bangsa Persia dan
Afghan supaya bersatu, meskipun yang pertama adalah syi’ah dan yang kedua
adalah bukan, dan selama masa-masa akhir hidupnya ia melontarkan ide
rekonsiliasi umum dari kedua sekte tersebut.
Meskipun
semua ide Al-Afghani bertujuan untuk mempersatukan umat Islam guna
menanggulangi penetrasi barat dan kekuasaan Turki Usmani yang dipandangnya
menyimpang dari Islam, tapi ide Pan-Islamnya itu tidak jelas. Apakah
bentuk-bentuk kerjasama tersebut dalam rangka mempersatukan umat Islam dalam
bentuk asosiasi, atau bentuk federasi yang dipimpin oleh seseorang atau
badan yang mengkoordinasi kerjasama tersebut, dan atau seperti negara
persemakmuran di bawah negara Inggris. Sebab ia mengetahui adanya kepala
negara di setiap negara Islam. Tapi, menurut Munawwir Sjadzali,
Pan-Islamismenya Al-Afghani itu adalah suatu asosiasi antar negara-negara
Islam dan umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman interen, para
pengusaha muslim yang lalim, menentang kolonialisme dan imperialisme barat
serta mewujudkan keadilan.
Al-Afghani
menekankan solidaritas sesama muslim karena ikatan agama, bukan ikatan teknik
atau rasial. Seorang penguasa muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau
pada mulanya kecil, akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain
seagama selagi ia masih menegakkan hukum agama. Penguasa itu hendaknya dipilih
dari orang-orang yang paling taat dalam agamanya, bukan karena pewarisan,
kehebatan sukunya atau kekayaan materialnya, dan disepakati oleh anggota
masyarakatnya.
Inilah ide
pemikir orisinil yang merupakan solidaritas umat yang dikenal dengan
Pan-Islamisme atau Al-Jamiah al Islamiyah (Persaudaraan sesama umat Islam
sedunia. Namun usaha Al-Afghani tentang Pan-Islamismenya ini tidak berhasil.
2.
Pemikiran Afghani: Revivalis dan Modernis
Semua orang sepakat bahwa dialah
yang menghembuskan gerakan Islam modern dan mengilhami pembaharuan di kalangan
kaum Muslim yang hidup ditengah-tengah kemodernan. Dia pula yang pengaruhnya
amat besar terhadap gerakan-gerakan pembebasan dan konstitusional yang
dilakukan dinegara-negara Islam setelah zamannya. Ia menggabungkan ilmu-ilmu
tradisional Islamnya dengan berbagai ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari
Eropa dan pengetahuan moderen.
Afghani mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah,
yakni aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan
kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni
seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa
disebut salaf (pendahulu) yang saleh. Sebenarnya
Afghani bukanlah pemikir Islam yang pertama yang mempelopori aliran salafiyah
(revivalis). Ibnu Taymiyah telah mengajarkan teori yang serupa, begitu pula
Syeikh Mohammd Abdul Wahab pada abad ke-18.
Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari
tiga komponen utama, yakni; Pertama, keyakinan bahwa kebangunan dan kejayaan
kembali Islam hanya mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran
Islam yang masih murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa
al-Rasyidin. Kedua, perlawanan terhadap kolonialisme
dan dominasi Barat, baik politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga,
pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu dan teknologi, dan
karenanya umat Islam harus belajar dari barat dalam dua bidang tersebut, yang
pada hakikatnya hanya mengambil kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia
Islam kepada Barat, dan kemudian secara selektif dan kritis memanfaatkan ilmu
dan teknologi Barat itu untuk kejayaan kembali dunia Islam.
Adapun alairan-aliran salafiyah
sebelum Afghani hanya terdiri dari unsur pertama saja. Dalam rangka
usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian keutuhan umat
Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan
seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme.
Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus melipluti
seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam
negara-negara yang merdeka, termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan
rakyat jajahan. Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas
akidah Islam, bertujuan membiana kesetiakawanan danpesatuan umat Islam dalam
perjuangan; pertama, menentang tiap sistempemerintahan yang dispotik
atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang
berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti
menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua,
menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan
kemandirian masing-masing negara anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan
kedudukan para kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat
antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih
ditinggikan.
Konsep Politik dan Gagasan
Pan-Islamisme Al-Afghani
Selama di
Mesir Jamaluddin al-Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuanya, antara lain
yang pokoknya:
a. Musuh utama adalah penjajah (Barat).
b. Ummat Islam harus menentang
penjajahan dimana dan kapan saja
c. Untuk mencapai tujuan itu ummat
Islam harus bersatu (Pan-Islamisme).
Pan-Islamisme
bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi satu, tetapi mereka
harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerjasama. Persatuan dan kerjasama
merupakan sendi yang amat penting dalam Islam. Persatuan Islam hanya dapat
dicapai bila berada dalam kesatuan dan kembali kepada ajaran Islam yang murni
yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Untuk
mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas:
a. Rakyat harus dibersihkan dari
kepercayaan ketakhayulan.
b. Orang harus yakin bahwa ia dapat
mencapai tingkat atau derajat budi luhur.
c. Rukun iman harus betul-betul menjadi
pandangan hidup
d. Setiap generasi umat harus ada
lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia yang
bodoh dan memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin.
Pengalaman
yang diserap Al-Afghani selama lawatannya ke Barat menumbuhkan semangatnya
untuk mamajukan umat. Barat yang diperankan oleh Inggris dan Prancis mulai
hndak menancapkan dominasi politiknya di dunia Islam, maka pasti akan
berhadapan dengan Al-afghani. Adanya anggapan dasar yang dipegang oleh Al-Afghani
menghadapi Barat seperti diungkapkan L. Stoddard yakni :
- Dunia
Kristen sekalipun mereka berbeda dalam keturunan, kebangsaan, tetapi
apabila menghadapi dunia Timur (Islam) mereka bersatu untuk
menghancurkannya.
- Semangat
perang Salib masih tetap berkobar, orang Kristen masih menaruh dendam. Ini
terbukti umat Islam diperlakukan secara diskriminatif dengan orang
Kristen.
- Negara-negara Kristen membela
agamanya. Mereka memandang Negara Islam lemah, terbelakang dan biadab.
Mereka selalu berusaha menghancurkan dan menghalangi kemajuan Islam.
- Kebencian terhadap umat Islam
bukan hanya sebagain mereka, tetapi seluruhnya. Mereka terus-menerus
bersembunyi dan berusaha menyembunyikannya.
- Perasaan
dan aspirasi umat Islam diejek dan difitnah oleh mereka. Istilah
nasionalisme dan patriotosme di Barat, di Timur disebut fanatisme.
Menurut Al-Afghani, hal-hal tersebut di atas menuntut adanya persatuan umat
Islam untuk menghadapui dunia Barat dan mempertahankanya dari keruntuhan.
Disamping itu Al-Afghani melihat bahwa kondisi umat Islam sendiri memang berada
dalam kemunduran yang mengkhawatirkan. Kemunduran tersebut menurutnya bukan
karena ajaran Islam, tetapi oleh umat itu sendiri yang yang tidak berupaya
mengubah nasibnya. Perpecahan terjadi di kalangan mereka maka pemerintahan
menjadi absolut, pemimpin tidak dapat dipercaya, lemah dalam bidang militer dan
ekonomi bersamaan dengan datangnya intervensi asing. Menghadapi paham
fatalisme, Al-Afghani mengajak umat Islam merebut peradaban, kebudayaan, ilmu
pengetahun Barat yang positif dan sesuai ajaran Islam. Dengan demikian, umat
Islam akan dinamis dan tidak menerima apa adanya serta menyerukan bahwa pintu
ijtihad tidak tertutup. Ia selanjutnya menegaskan bahwa dalam Islam ada
kemerdekaan dan kedaulatan umat. pemerintah dapat saja dikritik dan tidak
berkuasa mutlak. Al-Afghani mengajak umat, pemimpin dan kelompok agar bersatu
dan bekejasama dalam meraih kemajuan dan membebaskan diri dari itervensi Barat.
Untuk tujuan di atas, Al-Afghani mencetuskan ide Pan Islamisme. Semangat
ini dikobarkan ke seluruh negeri Islam yang tengah berada dalam kemunduran dan
dominasi Barat.Pan Islamisme (Al-jami’iyyah Al-Islamiyyah) ialah rasa
solidaritas seluruh umat Islam. Solidaristas sepeti itu sudah ada dan diajarkan
sejak Nabi SAW, baik dalam menghadapi kafir Quraisy ataupun dalam
kegiatan-kegiatan sebagai upaya menciptakan kesejahteraan umat. Semangat pan
Islamisme yang diserukan Al-Afghani memberikan pengaruah besar di kalangan umat
terutama bagi para pemimpinnya. Hal ini kemuadian menyadarkan mereka akan
besarnya ancaman Barat. Sultan Abdul Hamid dari Kerajaan Turki Usmani misalnya
menyambut dengan penuh antusias. Ia mendirikan organisai seruan Pan-Islamisme
mengutus banyak orang ke berbagai negeri Islam dengan pesan agar umat Islam bersatu
dan meleaskan diri dari pemerintahan Barat. Hal ini dilakukan oleh Sultan
selama 30 tahun. Seruan Pan-Islamisme menghasilakan pengaruh yang sangat besar
dan mendalam. Di berbagai negeri muslim telah lahir tokoh-tokoh di kalangan
umta yang berjuang menuntut kemerdekaan dari penjajah Barat, seperti Abdul
Hamid di Turki, Muhamamd Abduh dan Saad Zaghlul di Mesir serta torkoh lainnya.
D. Pengaruh Jamaluddin Al-Afghani
Seperti
sudah disebutan, Al-Afghani menyuarakan gagasan seperti Pan-Islamisme.
Sebenarnya gagasan seperti itu juga pernah disuarakan oleh Usmaniah Muda,
tetapi sangat kurang pengaruhnya terhadap bangsa-bangsa yang bahasanya bukan
turki. Sedangkan Al-Afghani mempublikasikan tulisan dalam bahasa Arab dan
Persia sehingga penulis-penulis terkemudian banyak menyebutkan
bahwa Al-Afghani merupakan pembaharu internal.
Ide
pembebasan dari kendali barat, merupakan tujuan perjuangan politik Al-Afghani
yang paling populer. Ucapan-ucapan Al-Afghani banyak dikutip oleh kaum modernis
Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang mendukung kebebasan seperti
itu. Al-Afghani juga menarik bagi aktivis terkemudian karena kehidupan
politiknya yang luar biasa. Muslim maupun barat pernah memiliki kontak dengan
Al-Afghani. Penulis Barat seperti E.G. Brown dan Wilfred Blunt membuat tulisan
yang isinya membuat pengakuan dan memuji Al-Afghani semakin memperkuat posisi
Al-Afghani di dunia muslim. Fakta bahwa Al-Afghani telah mempesona dan bahkan
berdebat dengan orang-orang barat terkemuka membuat sosok Al-Afghani semakin
penting di mata intelektual muslim. Akhirnya popularitas Al-Afghani yang
berkelanjutan terjadi karena dia dipandang berbahaya oleh orang-orang barat.
Namun ada penilaian bahwa pengaruh Al-Afghani lebih berdasarkan pada biografi
yang pada umumnya mitos dan interpretasi atas gagasan-gagasannya.
Letak kebesaran
Al-Afghani bukanlah dia sebagai pemikir, meskipun dalam pemikiran itu ia tetap
sangat penting karena ia menunjukkan pandangan masa depan yang jauh dan daya
baca zaman yang tajam. Kebesarannya terletak terutama dalam peranannya sebagai
pembangkit kesadaran politik umat Islam menghadapi barat, dan pemberi jalan
bagaimana menghadapi arus modernisasi dunia ini.
Albert
Hourani, misalnya memberikan komentar bahwa Al-Afghani adalah seseorang yang
karangannya tidak banyak dikenal tetapi pengaruh kepribadiannya amat besar.
Bahkan ide-ide Al-Afghani masih memberikan warna pada gerakan kontemporer
Islam, seperti Gerakan Kiri Islam yang dimotori oleh Hassan Hanafi. Pada tahun
1981, Hanafi menerbitkan Jurnalnya, Al-Yasar al-Islamy (Kiri Islam), sebagai
tanda awal gerakannya. Menurutnya jurnal tersebut adalah kelanjutan dari
Al-Urwah al Wutsqa yang pernah diterbitkan oleh Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Tujuan jurnal tersebut menurut Hanafi , adalah berjuang melawan kolonialisme
dan keterbelakangan, berjuang untuk mewujudkan kebebasan, keadilan sosial dan
menyatukan dunia Islam.
Dengan
demikian jelas sekali bahwa ide-ide Al-Afghani masih menginspirasi
pemikir-pemikir Islam kontemporer dalam menghadapi tantangan umat Islam
meskipun dalam konteks dan situasi zaman yang telah berbeda.
Sebagai seorang
aktivis politik, nampaknya Al-Afghani lebih mantap dalam karya-karya lisan
(pidato) daripada dalam tulisan, sekalipun begitu, karya tulisnya yang tidak
terlalu banyak tetap mempunyai nilai besar dalam sejarah umat di zaman modern. Beberapa tulisannya bernada pidato
yang amat bersemangat, menggambarkan penilaiannya tentang betapa mundurnya umat
islam dibanding dengan bangsa erofa yang telah ia saksikan. Tulisan-tulisannya yang
tersebar dalam bahasa Arab dan persia telah mengilhami berbagai gerakan
revolusioner Islam melawan penjajahan dan penindasan barat. Karena pada
dasarnya Al-Afghani adalah seorang revolusioner politik, ia mengemukakan
ide-idenya hanya dalam garis besar, berupa kalimat-kalimat yang bersemangat dan
ungkapan-ungkapan kunci, tanpa elaborasi intelektual yang lebih jauh.
Adalah Muhammad
Abduh, muridnya yang paling utama yang menjabarkan pemikiran-pemikiran kunci
Al-Afghani setelah Abduh berpisah dari gurunya itu karena hendak meninggalkan
dunia politik dan lebih mencurahkan diri kepada bdang keilmuan dan
pendidikan. Dari Muhammad Abduh-lah substansi
pemikiran Al-Afghani menemukan formulasi intelektual yang lebih jauh. Melalui
Abduh gagasan pembaharuan pemikiran keagamaan menyebar di dunia Islam. Abduh
mengajukan argumentasi tentang keharusan membuka kembali pintu ijtihad untuk
selamanya, dan dengan keras menentang sistem penganutan tanpa kritik (taqlid).
Substansi ide-ide itu sebelumnya juga pernah dikemukakan oleh Al-Afghani dalam
makalahnya. Karenanya tidak berlebihan jika dikatakan apa yang dikemukakan oleh
Abduh, kemudian Rasyid Ridha dan para pemikir modernis lainnya memiliki benang
merah pemikiran pembaharuan Al-Afghani.
Jamaludin
Al-Afghani adalah seorang arsitek dari kebangkitan intelektual Islam modern,
dan seorang pemikir anti-imperialis. Yang bernama lengkap Sayyid Jamaluddin
Al-Afghani ini tercatat mengambil jalan tengah, yaitu antara tradisionalisme
dan modernisme. Sama halnya dianggap, di Timur dan Barat, sebagai ‘pembela
Islam, dan sumber utama dari revolusi Islam di abad ke-19. Dia dihormati di
dunia Arab sebagai’ Hakeem al-Sharq ‘(orang bijak dari Timur).
Adapun kebangsaan dan
denominasi, memunculkan klaim peserta. Klaim pertama menunjukkan Sunni Sayyid
silsilah dari Asadabad, Kunar, Afghanistan. Muridnya terdekat ‘Muhammad Abduh,
Shakib Arsalan dan account biografi lain yang ditulis tak lama setelah
kematiannya, semua setuju dengan pandangan ini. Dia sendiri mendukungnya.
Sementara beberapa sarjana Barat telah menuduhnya menyembunyikan identitas
Iran. Ada kemungkinan bahwa dia selain memilih untuk hanya disebut seorang
Muslim, juga menghindari asosiasi sektarian seperti itu terhadap misinya.
Dengan versi asal Sunni,
Al-Afghani dididik oleh ayahnya yang mulai tugas ketika anak berusia delapan.
Ketika ia berusia sepuluh tahun, ia telah menyelesaikan studi disiplin seperti
Bahasa Arab, Filsafat, Sejarah, Fisika praktis dan teoritis, Metafisika,
Matematika, Kedokteran, Anatomi dan Astronomi. Namun, versi asal Iran itu
menunjukkan Al-Afghani sebagai di rumah belajar Alquran dan bahasa Arab sampai
usia lima tahun. Kemudian, ia mengaku di Sekolah Qazwin pada usia sepuluh.
Mereka (yaitu, Afghani dan ayahnya) kemudian bergeser ke Teheran untuk waktu
yang singkat dan kemudian melanjutkan ke Najaf dan Karbala di mana Afghani
belajar dengan Sheikh Murtaza Ansari, seorang Syiah terkemuka Mujitahid.
Ijazah-Nya (sertifikasi)
tercapai, dia meninggalkan di 1.855-6 untuk India di mana ia diyakini telah tinggal
selama hampir lima tahun. Tinggal pertama Al-Afghani di India (ca.1856-1858) bertepatan dengan kemenangan
Inggris atas pemberontak tahun 1857. Dia menyaksikan bagaimana pemerintah
Inggris umumnya membantai India dan khususnya umat Islam yang telah memainkan
peran utama dalam pemberontakan itu. Dia juga mengamati pembangkangan dan
perjuangan tak kenal lelah dari Muslim India untuk kebebasan mereka. Yakin
sekarang sifat kejam dan tidak manusiawi dari imperialisme Barat, secara umum,
dan dari versi Inggris, khususnya, ia berpendapat bahwa selain serangan
militer, kaum imperialis memiliki agenda lain. Mereka ditangkap, karena
pengkhianatan, Kekaisaran Mughal pada nama membantu dan telah secara bersamaan
mengatur tentang kehancuran iman dan praktek. Penderitaan umat Islam India
dikatakan telah mengarahkan dia akhirnya aliansi dengan `Uthmanis (Ottoman
Khalifah). Al-Afghani adalah pada catatan sementara mengekspos desain dari
Inggris:
“Hari ini agama Islam adalah seperti kapal yang kapten adalah Muhammad (perdamaian adalah dengan dia) dan semua Muslim penumpang dari kapal ini suci dan ini kapal bahagia terjebak dalam badai dan terancam tenggelam, dan orang-orang kafir, dan pemikir bebas (ahl -i-zandaqeh) dari setiap sisi telah menusuk kapal ini “-. Jamaluddin Al Afghani
“Hari ini agama Islam adalah seperti kapal yang kapten adalah Muhammad (perdamaian adalah dengan dia) dan semua Muslim penumpang dari kapal ini suci dan ini kapal bahagia terjebak dalam badai dan terancam tenggelam, dan orang-orang kafir, dan pemikir bebas (ahl -i-zandaqeh) dari setiap sisi telah menusuk kapal ini “-. Jamaluddin Al Afghani
(The British) mulai membatasi
mata pencaharian yang tersedia bagi kaum Muslimin dan mengintensifkan
penindasan mereka terhadap mereka dalam segala hal. Mereka menyakiti
kepentingan mereka mengenai pekerjaan umum dan Waqfs menjarah disisihkan untuk
Masjid dan madrasah dan diasingkan Ulama dan pemimpin untuk Kepulauan Andaman
dan Kepulauan Fiji. Jika menjarah wakaf mereka tidak membantu, Inggris berharap
bahwa mengasingkan para pemimpin mereka akan berfungsi untuk menjauhkan umat
Islam dari agama mereka, dan mengurangi mereka ke kedalaman ketidaktahuan
tentang iman mereka, sehingga mereka akan mengabaikan apa yang Allah telah
ditetapkan bagi mereka . Ketika harapan para tiran untuk sarana pertama gagal,
dan periode keuntungan dari kedua tampak terlalu lama, mereka terpaksa lain
kebijakan untuk pembatasan atau melemahnya agama Islam di tanah India karena
mereka takut hanya Muslim sebagai membahayakan pemiliknya itu alam dijarah dan
merebut benar.
The 16-18 abad yang ditandai
oleh penjajahan ekonomi dan militer dari tanah muslim oleh negara-negara Barat
yang didukung oleh Gereja evangelis di drive nya. Kampanye ini juga penting
bagi negara-negara Barat dalam mengendalikan bahan baku dan rute laut untuk
kegiatan perdagangan mereka. Dihadapkan, di bawah pendudukan kolonial, dengan
krisis yang parah di tingkat sosial, ekonomi, politik dan agama, banyak dari
dunia Muslim telah kehilangan kedaulatannya ke Eropa Kristen. Dari revivalis
Muslim yang berjuang melawan pendudukan Barat, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani
adalah yang paling menonjol dalam usahanya untuk menghidupkan kembali ide-ide
Islam tradisional.
Mendedikasikan seluruh hidupnya
untuk pertahanan persemakmuran Islam, dan bergerak-gerak gelisah di seluruh
dunia Muslim, Al-Afghani mengimbau kepada para penguasa kaum muslimin untuk
mengumpulkan pelajaran mereka melawan imperialisme Barat. Sementara menyerukan
reformasi internal yang sejalan dengan tradisi Alquran dan kenabian, dia
bersikeras tentang perlunya kekuatan militer untuk mengakhiri pendudukan asing.
Dia mendirikan Qura Ummul yang melambangkan konsep persatuan Islam dan
menyatukan seluruh dunia Islam. Ide-ide revolusionernya memiliki dampak yang
mendalam pada kebangkitan di dunia Muslim.
Oh! Anda miskin fellah (petani dan petani)! Anda menghancurkan jantung bumi dalam rangka untuk menarik rezeki dari itu dan untuk mendukung keluarga Anda. Mengapa Anda tidak mematahkan hati orang-orang yang memakan buah dari kerja Anda? – Jamaluddin Al Afghani
Oh! Anda miskin fellah (petani dan petani)! Anda menghancurkan jantung bumi dalam rangka untuk menarik rezeki dari itu dan untuk mendukung keluarga Anda. Mengapa Anda tidak mematahkan hati orang-orang yang memakan buah dari kerja Anda? – Jamaluddin Al Afghani
Muslim India telah berubah dari
Dar Ul-Islam (wilayah Islam) ke Dar-ul-Harb (wilayah perang) sebagaimana
dinyatakan oleh Shah Abdul Aziz yang ayahnya, Shah Waliullah dari Delhi telah
menyerukan jihad melawan Hindu Maratha penaklukan Muslim wilayah. Akhirnya,
Sayyid Ahamed Barelawi (1779-1831), dan Ismail, murid Shah Abdul Aziz, memimpin
perjuangan bersenjata melawan pemerintahan Inggris. Hal ini didukung oleh Shah
Ismail dan Shah Abdul Hayy, anak-in-hukum dan keponakan masing, Shah Abdul
Aziz. Gerakan ini, yang dikenal sebagai Tahrik-e-Mujahidin, berakhir dengan kekalahan
dan kemartiran dekat Balakot.
Itu selama tinggal pertama di
India bahwa ia melakukan ibadah haji dan diikuti dengan kunjungan ke Irak,
Persia, Baluchistan, dan mungkin Istanbul sebelum berhenti di Afghanistan.
Menurut Murtada Muthahhari,
pengalamannya persatuan universal umat Muslim selama mana Haji Muslim milik
semua ras, bahasa, warna, budaya dan tradisi berkumpul dengan satu niat dan
iman dalam rumah Allah meyakinkannya kesatuan negara-negara Islam . Beberapa
laporan, bagaimanapun, menunjukkan dia sebagai menghentikan pertama di
Afghanistan, bergabung Dost Muhammad Khan dan melayani sebagai penasihat
penguasa Afghanistan lainnya 1861-8. Aktif membujuk para penguasa Afghanistan
dalam melawan campur tangan Inggris di Afghanistan, pengaruh Al-Afghani dalam
politik negara yang sangat kuat selama periode Azam Khan (1866-8) yang berhasil
dibantu kebijakan melawan Inggris. Tetapi dengan pergeseran kekuasaan-pada
tahun 1869, ia meninggalkan Afghanistan untuk India. Sementara Inggris di India
tampaknya menyambutnya, ia diletakkan di bawah pengawasan dan melarang untuk
bertemu dengan para pemimpin Muslim lainnya. Karena mungkin untuk situasi ini,
ia berangkat ke Mesir dan sampai di sana pada bulan Juli 1869. Ini tinggal 40
hari di Mesir memungkinkan dia untuk membicarakan misinya dengan guru dan siswa
dari al-Azhar yang terkenal Universitas. Setelah ini, ia mencapai Istanbul pada
tahun 1869-an dan disambut oleh otoritas Turki. Terpilih menjadi anggota
Anjuman-i-Denmark (Akademi Turki) dalam waktu enam bulan dari kedatangannya, ia
segera terlibat dalam pendidikan dan reformasi Muslim di kursi kekhalifahan.
Ceramahnya pada bulan Februari 1870, yang disampaikan pada pembukaan
Dar-ul-Fanna ‘(sebuah universitas baru), adalah wake-up call bagi umat Islam,
kemudian tenggelam dalam berabad-abad stupour mereka. Juga panggilan untuk
diri-penguatan melalui reformasi pada garis modern, itu adalah pendahulu untuk
pidato kemudian hari pada tahun 1870 di kesatuan negara-negara Muslim.
Membandingkan umat. Untuk organisme hidup, semua kelompok Muslim dengan
bagian-bagian tubuh itu agar organisme dan Nabi untuk jiwanya, Al-Afghani
dibagi bahwa jiwa menjadi beberapa bagian kenabian dan filosofis. Bagian mantan
ilahi berbakat, sedangkan yang kedua dicapai melalui upaya intelektual. Nabi
demikian sempurna, sementara filsuf bisa tersesat. Al-Afghani salah dituduh
membandingkan kenabian dengan Filsafat dan menggambarkan kantor kenabian
sebagai salah satu dari tipu muslihat dan kerajinan, memang Nabi sebagai
kepribadian yang licik. Pidato ini terbukti menjadi penyebab pengusiran
Al-Afghani dari Turki. Cemburu ketenaran tumbuh Al-Afghani, Syekh-ul-Islam,
Hasan Fahmi Effendi, bersama dengan beberapa orang lain persepakatan melawan
dia dan dibantu kampanye propaganda memanggil Al-Afghani a ‘sesat.’
Diundang oleh seorang politikus
terkemuka Mesir, menteri Riyad Pasha, Al Afghani kembali ke Mesir tanggal 22
Maret, 1871. Ia selama ini tinggal delapan tahun (1871-1879) bahwa dia
diajarkan di Al-Azhar dan di kediamannya. Mengajar buku teks lanjutan pada mata
pelajaran seperti filsafat, astronomi yurisprudensi, dan mistisisme,
kelas-rekannya menghasilkan kepribadian serbaguna seperti Muhammad Abduh,
kemudian mufti besar Mesir, Muhammad Ahmed, pemimpin Muslim yang memimpin
revolusi anti-penjajah di Sudan dan Said Zaghlul, kemudian pemimpin Partai
Nasionalis Wafd. Meskipun Khedive Ismail, penguasa saat itu Mesir, mencoba
untuk mengurangi korupsi dan kontrol asing di masyarakat Mesir, ia tidak
berhasil. Bahkan, intrik para pemimpin Eropa, minat mereka di Terusan Suez yang
baru dibangun, utang diatur dan inkompetensi dari kelas penguasa benar-benar
meningkatkan pengaruh kaum imperialis ‘dalam urusan Mesir. Al-Afghani,
sementara itu, berkomitmen energinya untuk penyebaran anti-imperialis
ide-idenya melalui kelas-kelas dan kuliah umum. Dia berkenalan dengan
orang-orang ancaman intervensi Eropa dan mendesak mereka untuk bersatu di bawah
panji iman. Selama tinggal di Mesir ia menulis surat bertanggal untuk negarawan
Ottoman mengambil tema yang sama, rencana dan garis aksi untuk persatuan Muslim
kepada Sultan sendiri. Dalam surat ini ditulis dalam bahasa Persia, ia menulis:
… Karena saya menghitung bagian
dari bangsa (milla) dan sepotong bahwa masyarakat (umat). Jika bencana menimpa
mereka atau duri menusuk penghinaan kaki mereka, tidak ada keraguan bahwa saya
akan teguh dalam pengorbanan diri dan akan lebih memilih kematian atas seperti
kehidupan penghinaan. Akibatnya, ketika saya berada di negara Pemerintah Ottoman
tinggi di usia ini, dan ketika saya mempertimbangkan kondisi negara-negara
Islam (Millat-i-Islamiyyah), itu menyewa kemeja kesabaran saya dan saya
diliputi oleh pikiran takut dan visi dari setiap sisi. Seperti hari pria
terobsesi ketakutan dan malam dari awal sampai akhir, saya telah memikirkan
urusan ini dan telah membuat sarana reformasi dan keselamatan ini milla profesi
saya dan mantra.
Dalam surat ini, ia mengutip
contoh dari dua orang besar yang bersatu orang-orang mereka pada satu platform
terhadap bahaya yang akan datang – Abu Muslim, yang menyebabkan kejatuhan
dinasti Umayyah, dan Peter Hermit, yang membawa Eropa ke dalam Perang Salib.
Membandingkan dirinya dengan Abu Muslim dan mengenai Sultan Ottoman sebagai
pusat persatuan Muslim, ia menyatakan antusiasme yang besar dalam menerima
tantangan menyatukan umat Islamiyyah di bawah satu tertinggi Khalifah dan di
negeri-negeri Muslim membebaskan dari kontrol Barat.
Mendorong siswa untuk
memanfaatkan semua media komunikasi massa seperti surat kabar dan majalah
secara tertulis tentang isu-isu filosofis, agama, dan politik, ia membantu
memulai beberapa surat kabar terkemuka di antara yang Al-Misr dan Al-Tijarah.
Perannya dalam memperoleh izin untuk surat kabar seperti Abu-Nazzara Zarqa,
didirikan oleh murid Yahudi, Yaqub Sann, dan Miratash Sharqi, didirikan oleh
seorang rekan Kristen, itu tak terbantahkan. Murid terdekatnya, Muhammad Abduh,
menulis tentang situasi di Mesir saat Al-Afghani tiba demikian:
Orang-orang Mesir sebelum 1293 H
(1877) berlutut sepenuhnya di bawah kehendak Sovereign dan fungsionaris dalam
urusan publik dan swasta. Tidak satupun dari mereka berani untuk bahaya
pendapat atas cara di mana negara mereka diberikan. Mereka jauh dari mengetahui
keadaan umat Islam lain atau negara-negara Eropa, meskipun jumlah besar Mesir
yang pernah belajar di Eropa dari waktu Muhammad Ali sampai tanggal tersebut,
atau yang telah pergi ke negara-negara Muslim tetangga di bawah pemerintahan
Muhammad Ali dan Ibrahim. Selain itu, siapa yang akan berani mengungkapkan
pendapatnya? Tidak ada, karena salah satu bisa, pada kata sedikit, akan
diasingkan dari negara seseorang atau despoiled barang nya atau bahkan dihukum
mati. Di tengah kegelapan ini, tiba Jamal al-Din. Dia segera dikelilingi oleh
siswa, kemudian oleh fungsionaris banyak dan oleh tokoh penasaran untuk
mengetahui ide-ide baru dan doktrin, yang sedang giat diperdebatkan. Siswa dan
pendengar disebarkan mereka di kota-kota Mesir dan membantu membangkitkan
pikiran, terutama di Kairo.
Beralih ke politik lokal setelah
1876, Al-Afghani sangat kritis terhadap pemerintah. Aktivisme Nya yang terbaik
dinyatakan dalam tiga cara: melalui loge Masonik, melalui pidato untuk kedua
massa dan elit, dan melalui jurnalisme. Setelah kepala Bintang Timur itu masih
ada Lodge, ia kemudian dikeluarkan untuk penggunaan aset untuk tujuan politik.
Fokus, pada tahun 1878, pada imperialisme Eropa dalam tulisan-tulisannya, dia
menulis sebuah artikel rinci dalam al-Misr al-Bayan berjudul fi al-Ingliz wa
al-Afghanistan (The Inggris dan Afghanistan) dan sebuah buku tentang sejarah
Afghanistan: Talimmat al-Bayan fi Tarikh al-Afghanistan. Positing perlawanan
Afghanistan sebagai akibat langsung dari penindasan dan eksploitasi Inggris,
tulisan-tulisan Al-Afghani adalah untuk memperkuat perjuangan Afghanistan
melawan imperialisme dan untuk mendorong Mesir untuk belajar dari itu. Dari
Afghanistan, ia menegaskan bahwa mereka ‘bangsawan jiwa membawa mereka untuk
memilih kematian kehormatan atas kehidupan kehinaan di bawah kekuasaan asing.
“Dia juga menulis artikel lain dalam al-Misr yaitu Al-Illa al-Haqiqiya
li-Saadat insani (Alasan sebenarnya untuk kebahagiaan manusia), didirikan
banyak nasihat dan partai politik yang disebut al-Hizb-ul-Watani (Partai
Nasional). Lebih dari apa pun, bagaimanapun, itu adalah jiwanya-aduk pidato di
Mesir pada kebangkitan martabat nasional yang menciptakan semangat baru yang
revolusioner di negeri itu. Di Alexandria kata-katanya membentuk permohonan
sungguh-sungguh:
Oh! Anda miskin fellah (petani
dan petani)! Anda menghancurkan jantung bumi dalam rangka untuk menarik rezeki
dari itu dan untuk mendukung keluarga Anda. Mengapa Anda tidak mematahkan hati
orang-orang yang memakan buah dari kerja Anda?
Pada kesempatan lain, ia
mengutip semangat nasionalisme melemah (jinsiyya) dari orang-orang Timur
sebagai penyebab penaklukan mereka. Dia dilaporkan telah mengatakan:
Pada saat ini, asing telah
membagi tanah Timur, yang keterbelakangan harus memiliki penyebab. Jika kita
meneliti realitas filosofis, kita menemukan, untuk keterbelakangan kita, hanya
dua penyebab dasar: prejudic (ta `asub) dan tirani (istibdad). Satu-satunya hal
yang akan membantu kita muncul dari kesulitan kita saat ini adalah semangat.
Zeal dimiliki oleh hanya beberapa warga yang mengetahui bahwa kehormatan mereka
hanya dalam perlombaan mereka (jins), kekuasaan itu hanya dalam komunitas
mereka (umat) dan kemuliaan mereka hanya di tanah-air mereka (watan)
Setelah perubahan rezim Inggris
menghasut pada tahun 1879 di mana Khedive Ismail digantikan oleh Taufiq Khedive
sebagai kepala pemerintah, Al-Afghani diusir dari Mesir. Dia segera kembali di
India di mana ia tinggal sampai tahun 1882, bekerja sebagai pembaharu Islam dan
pembela Islam. Mengutuk sekte Naturalis dari para pengikut Sayyid Ahmed Khan
sementara di Hyderabad, ia menulis terkenal Kebenaran tentang Sekte Neichari
dan Penjelasan Necharis (hakikat-i mazhab-i Naychari wa Bayan-i Hal-i
Naychariyan). Karya ini, pertama kali diterbitkan pada tahun 1881 di Hyderabad,
kemudian diterjemahkan oleh Muhammad ‘Abduh dan Abu Turab ke dalam bahasa Arab
dan kembali diterbitkan sebagai The Refutation dari Materialis (al-Radd’ ala
al-dahriyyin) di Beirut.
Disimpan di bawah tahanan rumah
di Calcutta, namun ia berhasil menciptakan sebuah band kecil revolusioner,
dalam menulis artikel seperti ‘Commentary on komentator,’ dan dalam memberikan
kuliah tentang ‘Pengajaran dan Pendidikan,’ di Albert Hall, Madrasah-e-Aliya ,
yang semuanya diterbitkan dalam Maqalat-i-Jamaliyyah pada tahun 1884 oleh Abdul
Gaffar Shahbaz di Calcutta. Advokasi kebijakan persatuan nasional melawan
Inggris selama tinggal kedua di India (1879-1882), Al-Afghani dideklarasikan
pada 1882 ceramahnya tentang ‘pengajaran dan pendidikan’ di Calcutta:
Tentu saja, saya harus senang
melihat anak seperti India karena mereka adalah cabang dari bahwa India yang
merupakan tempat lahirnya manusia. Nilai-nilai kemanusiaan menyebar dari India
ke seluruh dunia. Pemuda-pemuda berasal dari tanah yang sangat di mana
lingkaran meridian pertama kali ditentukan. Perhatikan bagaimana angka India
dipindahkan dari sini ke Arab dan dari sana ke Eropa. Para pemuda juga
merupakan putra dari tanah yang merupakan sumber dari hukum dan aturan dari
dunia. Jika kita mengamati dengan seksama, ia akan melihat bahwa ‘kode Romain,
“ibu dari semua kode Barat, diambil dari kitab Veda dan Shastra. Orang-orang
Yunani adalah murid dari India dalam gagasan sastra, puisi jernih dan pikiran
yang tinggi. Salah satu murid, Pythagoras, menyebarkan ilmu dan kebijaksanaan
di Yunani dan mencapai suatu ketinggian yang dunianya diterima tanpa bukti, dan
sebagai inspirasi dari (India). Ini tanah India adalah tanah yang sama, ini
udara India adalah udara yang sama dan anak-anak muda yang hadir di sini adalah
buah dari bumi yang sama dan iklim.
Dalam sebuah artikel yang ditulis
pada bulan April 1883 dan diterbitkan di L’kompromi sebagai ‘Surat di India,’
Al-Afghani mengkritik keras peran Inggris di India. Dia mengatakan bahwa tujuan
utama dari Inggris dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi penguasaan semua
rute dari India. The British tahu bahwa semua orang India membenci mereka dan
bahwa satu tembakan ditembakkan oleh kekuatan asing pada, atau dekat,
perbatasan India akan cukup untuk memicu pemberontakan nasional. Dalam artikel
ini ia menekankan pada persatuan Hindu-Muslim dan bukan pada tindakan Muslim
terpisah di India. Lebih lanjut, ia juga menyerukan serangan bersama melawan
Inggris untuk membebaskan India dari kekuasaan Inggris. Menyoroti sifat
eksploitatif pendudukan, ia terkena penjarahan kekayaan British India dan
sumber daya alam yang jutaan kiri India menghadapi kelaparan, kemiskinan dan
kematian. Menjawab klaim Inggris tentang peran mereka dalam pembentukan sekolah
di India, ia berkata:
Mereka membangun sekolah hanya
untuk mengajarkan bahasa Inggris sehingga India dapat digunakan di
kantor-kantor pemerintah. Klaim Inggris bahwa mereka mengakhiri penindasan
penguasa India lokal menggelikan, karena penindasan digunakan untuk terbatas
pada beberapa daerah dan para penguasa menghabiskan kekayaan mereka di India, tapi
sekarang penindasan bersifat umum dan mengisap British darah Indian dan kulit
daging untuk membawanya pulang sebagai jarahan.
Artikel tertulisnya di
Hyderabad, yaitu ‘Manfaat Surat Kabar,’ ‘Pengajaran dan pendidikan,’ ‘Penyebab
sebenarnya dari kebahagiaan manusia dan kesusahan,’ ‘Filsafat Persatuan
Nasional dan kebenaran tentang kesatuan bahasa,’ dan ‘Manfaat Filsafat ‘ini
dipublikasikan dalam jurnal Hyderabad, Muallim-i-Shafiq pada 1881. Memuliakan
peradaban India kuno dan kontribusi terhadap pengetahuan manusia, ia menyerukan
persatuan Hindu-Muslim dalam perjuangan melawan imperialisme Inggris. Dalam
sebuah artikel tentang ‘Filosofi persatuan nasional dan kebenaran tentang
kesatuan bahasa’ ia menyatakan, “Tidak ada kebahagiaan kecuali dalam kebangsaan
dan tidak ada kebangsaan, kecuali dalam bahasa.” Hanya setelah Inggris
menduduki Mesir dan Gerakan Nasionalis Mesir ( yaitu, gerakan Urabi yang banyak
pengikutnya telah bergabung) pada akhir Perang Besar, yang ia diperbolehkan
untuk pergi ke London pada 1882-an.
Di London ia menulis beberapa
artikel di surat kabar an-Nahla, yang paling menonjol di antaranya adalah
‘kebijakan Inggris di negara-negara Timur,’ dan ‘The Alasan untuk perang di
Mesir,’ di mana dia mengembangkan gagasan al-Urwath al- Wuthqa. Penerbitan
banyak artikel di Perancis, ia menulis surat terbuka – ‘Jawaban untuk Renan’ –
di al-Basir dalam menanggapi filsuf Perancis, kuliah Ernest Renan tentang
‘Islam dan Sains’ (Mei ‘de Debat’ 18, 1883) dan Surat ‘Sur’ l Hindoustan ‘(‘
Surat di India ‘) dalam L kabar’ keras kepala, pada tanggal 24 April, 1883.
Tiga artikel tentang ‘Le Mahdi’ (The Mahdi) juga diterbitkan dalam tiga isu
Desember 1883 surat kabar yang sama. Dengan muridnya diasingkan, Muhammad
Abduh, bergabung dengannya di Paris pada tahun 1884, ia mulai menerbitkan
jurnal nya yang terkenal Al-‘Urwath al-Wuthqa (‘ The Firm Obligasi ‘), judul
yang diambil dari Al-Qur’an (‘ agar siapa mendustakan di setan, dan beriman
kepada Allah, dia memang meletakkan berpegang pada pegangan teguh yang tidak pernah
istirahat ‘(2:56).). Dihentikan pada Oktober 1884 (setelah hanya masalah
kedelapan belas nya) terutama karena antagonisme Inggris, jurnal terbukti
berperan dalam banyak gerakan revivalis Islam di seluruh dunia. Setelah ini,
aktivisme politik berkaitan dengan Mahdi Sudan, Inggris, Sultan Ottoman dan
ekspansi Rusia melihat dia pergi melalui profil tinggi beberapa, tapi tidak
berhasil, pertemuan dengan para pejabat Inggris. Meninggalkan London pada tahun
1885, ia berada di Persia untuk waktu yang singkat ketika ia menulis beberapa
artikel seperti ‘Baby Suckling,’ Di kesenangan pribadi Manusia ‘dan’ Di
Kebanggaan ‘Pada bulan Mei 1887., Ia datang ke suatu perjanjian dengan Tsar di
Moskow selama pencetakan Alquran. Sementara di sana, dan di bawah Masyarakat Pembebasan
India, dia, bersama-sama dengan Dalip Singh, putra Maharaja Ranjeet Singh,
pemimpin Sikh yang terkenal, mengeluarkan manifesto bersama – menghasut
pemberontakan anti-Inggris di India – yang didistribusikan di Eropa. Dengan
kematian Katkov, Namun, rencana tersebut gagal.
Sebelumnya menawarkan jabatan
perdana menteri Iran oleh Shah Nasir al-Din yang mendesaknya untuk kembali ke
Iran, Al Afghani, meskipun menolak tawaran awalnya, kemudian menetap di sana
selama beberapa tahun. Dengan sejumlah Ulama dan intelektual seperti Syekh Ali
dari Qazwin, salah satu juri kepala, Mirza Aqa Khan, sub-editor Persia Akhtar,
Mirza Riza Kirman, dan Mirza Mohammad Ali Khan Teheran bergabung dengannya,
Iran terbukti subur dalam menerima Al Afghani ide. Namun, popularitas ide-ide
revolusionernya adalah alasan yang cukup bagi pemerintah otokrasi untuk
mengingkari kesepakatan dengan dia, dan untuk merencanakan pembunuhan itu.
Mengelola untuk melarikan diri ini mencoba membunuhnya dengan berlindung di
sebuah kuil lokal, Al Afghani lebih mempertajam kritiknya terhadap malpraktek
dan dukungan dari pemerintah otokrasi untuk kaum imperialis. Popularitas massa
meskipun demikian, dia segera diusir dari Iran setelah disiksa di urutan Shah.
Meninggalkan Iran, ia segera di Baghdad dan Basra sebelum pindah ke London di
mana ia tetap sampai 1892. Namun, kampanye tanpa henti melawan pemerintah
Persia kerjasama dengan kaum imperialis melihat Mirza Hassan Shirazi, yang
Mujitahid Iran memaksa pemerintah untuk menyerah hubungan dengan kaum imperialis.
Itu tidak dalam ukuran kecil yang artikel Al Afghani tentang “pemerintahan
teror di Persia, ‘dicetak di surat kabar Arab Ziya ul-Khafiqayn, membantu dalam
pembalikan kebijakan.
Sesampainya di Istanbul atas
undangan al-Hamid Abd Sultan ‘II, Al Afghani diberitahu bahwa Sultan mungkin
dimaksudkan untuk menjaga dia di bawah pengawasan. Pada saat ini, ia dilaporkan
telah membuat pernyataan legendaris: Baginya ‘Aku tidak takut penjara, karena
di masa lalu mereka telah dipenjarakan juga orang saya, tetapi untuk pikiran
saya, tidak dalam kekuasaan mereka untuk memenjarakan itu. ” Istanbul tampaknya
tempat terbaik untuk misinya reformasi dan regenerasi umat. Sementara di sana,
ia menulis surat kepada para pemimpin negara-negara muslim untuk memobilisasi
mereka terhadap imperialisme Inggris. Dia juga mencoba untuk membangun hubungan
yang harmonis antara Sunni dan Syiah Turki Persia dengan memperoleh pengakuan
Syiah untuk khalifah OttomanOttoman, dan pengakuan Sunni untuk Raja Persia
sebagai kepala kaum Syiah, dan untuk dua kota suci Syiah di Irak. Diminta oleh
Sultan, ia bahkan berhenti kritiknya terhadap Shah of Persia. Menuduh raja
egois yang bertanggung jawab untuk divisi ini, ia mendesak Ulama untuk
menjembatani kesenjangan antara dua komunitas. Dia mengingatkan mereka bahwa
pembagian ini hanya berfungsi untuk melemahkan umat Islam lebih jauh. Baik Ali
– siapa Syiah lihat sebagai penerus Muhammad – atau Abu Bakar, yang diakui
sebagai khalifah pertama, akan menyetujui perang dan divisi dilakukan dalam
nama mereka. Dalam Al-Urwath al-Wuthqa, ia mengimbau agar Iran dan Afghanistan
untuk melupakan perbedaan mereka dan, sebagai gantinya, untuk lebih peduli asal
bersama mereka. Dia membentuk sebuah masyarakat bekerjasama dengan Syiah Iran
yang terutama mencoba untuk menjembatani kesenjangan antara kedua komunitas.
Dia juga berencana untuk membentuk sebuah organisasi tingkat tinggi Islam yang
akan terlihat setelah masalah negara-negara Muslim dan memerangi semua
tantangan dari negara-negara Eropa. Menuduh negara-negara imperialis merusak
bahasa, budaya dan pendidikan dari orang subjek, katanya:
Tidak ada masyarakat tanpa
bahasa, bahasa tidak ada tanpa budaya (Adab), ada kehormatan tanpa sejarah dan
sejarah tidak untuk bangsa jika tidak ada satu untuk melestarikan kontribusi
orang-orang besar mereka. Pemeliharaan budaya, bahasa dan kehormatan masyarakat
semata-mata tergantung pada pendidikan negara sendiri (Talim-e-watan) yang
berbasis di satu tanah demi tanah air, terlepas dari perbedaan agama atau
lainnya di kalangan masyarakat.
Dia tidak melihat kontradiksi
antara pendidikan, budaya atau bahasa berbasis kesatuan dan persatuan Islam
(Ittehade Islami) yang bertujuan untuk kesatuan umat Islam dari berbagai negara
atas dasar iman di bawah satu Khalifah. Dengan tidak adanya pemerintahan Islam
yang kuat terpusat, ia mendukung tren nasionalis untuk melawan imperialisme
Barat. Selama periode terakhir hidupnya, ia tinggal di Istanbul dan bekerja
untuk persatuan Islam dengan dukungan dari Sultan Abdul Hamid. Mengatasi
pertemuan di sana, dia pernah berkata:
Hari ini agama Islam adalah
seperti kapal yang kapten adalah Muhammad (perdamaian adalah dengan dia) dan
semua Muslim penumpang dari kapal ini suci dan ini kapal bahagia terjebak dalam
badai dan terancam tenggelam, dan orang-orang kafir, dan pemikir bebas (ahl-
i-zandaqah) dari setiap sisi telah menusuk kapal ini. Apa tugas dari para
penumpang seperti kapal terancam tenggelam dan penduduknya dekat dengan
kebinasaan? Haruskah mereka pertama kali mencoba untuk melestarikan dan menyelamatkan
kapal ini dari badai dan tidak tenggelam atau malah membawa kapal dan satu sama
lain untuk ambang kehancuran akibat percekcokan, motif pribadi dan
ketidaksepakatan kecil?
Namun, Sultan Abdul Hamid
menjadi curiga pertemuan Afghani dengan Khedive Mesir dan Abbas Hilmi – baik
pemimpin Arab – dan seharusnya dia akan bersekongkol dalam pemulihan dari
kekhalifahan Arab di bawah kepemimpinan Khedive tersebut. Namun demikian,
Sultan menolak ekstradisi Afghani kepada pihak berwenang Iran karena dituduh terlibat
dalam pembunuhan Shah Nasir al-Din yang telah terjadi sementara itu. Ini
sementara tiga pengikutnya, Sheikh Ahamed Kirman, Haji Mirza Hassan Khan, dan
Khabir-ul-Mulk yang juga terlibat dalam pembunuhan pemimpin Persia, yang
diserahkan kepada Iran. Afghani sendiri meninggal pada tanggal 9 Maret 1897.
Sementara pemerintah Ottoman dikaitkan kematiannya kanker, laporan lain
menyatakan bahwa Al Afghani diracun. Christian hamba-Nya Jurji Kuichi hadir
pada saat kematiannya. Dimakamkan tenang di pemakaman Sheykhler Mezarlighi
dekat Nishan Tashi, tempat peristirahatan itu tetap merupakan spekulasi publik
hingga beberapa tahun kemudian ketika seorang turis Amerika – Dr Karin –
menemukan makamnya di 1919. Selanjutnya, jenazahnya dikirim ke Kabul pada 1945
atas permintaan pemerintah Afghanistan.
Al-Afghani menjelaskan kesatuan
Islam semua umat Islam (Al-Wahdat Al-Islamiyah) yang jangka Barat
Pan-Islamisme, sebagai sarana ampuh untuk melawan imperialisme Barat. Dia
bersikeras potensi umat untuk membangun peradaban besar lagi dengan mengikuti
penegasan Al-Qur’an, innamal mu’minuna ikhwa (semua Muslim adalah saudara), dan
dengan melupakan perselisihan internal mereka, politik atau agama, dan bersatu
untuk memerangi penetrasi oleh kekuatan Eropa, khususnya Inggris. Jurji Zidan,
dalam paragraf penutup biografi Al-Afghani di Mashahir ash-Sharq (pria
Dirayakan dari Timur), menyatakan:
Ini akan
dikumpulkan dari ini ringkasan singkat hidupnya dan perbuatan bahwa tujuan ke
arah mana semua tindakannya diarahkan dan poros di mana semua harapannya
berubah, adalah kebulatan Islam dan menyatukan semua umat Islam di seluruh
bagian dunia menjadi satu Kekaisaran Islam di bawah perlindungan dari Yang Maha
Khalifah. Dalam upaya ini dia menghabiskan seluruh energinya dan untuk tujuan
ini ia meninggalkan semua ambisi duniawi mengambil untuk dirinya istri dan
mengadopsi profesi.
LANGKAH-LANGKAH
MEMBUAT RINGKASAN (RESUME)
1.
Membaca Teks Atau Naskah Yang Asli
Pada
dasarnya sebelum kita membuat karya tulis dengan teknik studi kepustakaan
(sumber data berdasarkan buku), yang perlu ditanamkan pada diri kita adalah menyukai
membaca. Ingat pepatah “Buku Adalah Jendela Dunia” gak? Semakin
banyak kita membaca buku maka semakin banyak hal yang kita ketahui. Bagi
mahasiswa wajib hukumnya untuk menyukai membaca. Kenapa? Kalau mengingat tugas
akhir atau kriteria kelulusan kita yaitu membuat skripsi, sangat perlu untuk
membaca banyak buku referensi yang terkait dengan skripsi demi menghasilkan
skripsi yang baik dan berkualitas serta akan menjadi sebuah kebanggaan
tersendiri nantinya jika kita benar-benar berhasil.
Nah kalau
sudah menyukai membaca, maka gak akan ada kendala besar dalam membuat ringkasan
(resume) karena membaca teks/naskah asli dalam proses pembuatan resume
ini tidak cukup hanya sekali. Membaca naskah asli harus berulang kali sampai
kita memahami keseluruhan isi dan memahami maksud si penulis. Belum lagi jika
naskah aslinya memiliki istilah-istilah yang sukar dipahami, maka itu perlu
juga digarisbawahi kata yang sulit dimengerti dan mencari tahu apa maknanya
agar menambah pemahaman kita. Membaca naskah aslinya juga harus sampai tuntas
agar kita mendapatkan gambaran umum dan sudut pandang dari si penulis.
2.
Menentukan dan Mencatat Gagasan Utama
Setelah
memahami maksud dari si penulis, kemudian kita harus mampu menemukan
pokok-pokok tulisan. Baca kembali dan lebih dimengerti lagi paragraf demi
paragrafnya, bagian demi bagiannya, untuk selanjutnya dikonkritkan dalam bentuk
poin-poin penting yang disebut gagasan utama. Gagasan utama adalah pikiran
utama yang terdapat dalam tulisan. Gagasan utama sama saja dengan ide pokok.
Jika yang mau dibuat resume adalah sebuah jurnal, maka kita tidak harus
mencatat semua gagasan utama di setiap paragraf jurnal aslinya. Kenapa? Tidak
semua paragraf yang ada dijurnal memiliki gagasan utama karena di dalam jurnal
banyak terdapat kutipan-kutipan seseorang dan data-data sedangkan gagasan utama
itu sendiri berasal dari kalimat utama yang merupakan pemikiran murni dari si
penulis bukan berupa opini, kutipan ataupun data. Meski begitu, setidaknya dari
beberapa paragraf ada kalimat-kalimat yang mewakili pokok dari tulisan atau
sebagai gagasan utamanya. Tentukan gagasan utama yang esensial agar nantinya
saat kita menulis resume tidak melebar dan tidak terlalu panjang.
Kemudian setelah gagasan-gagasan utama telah kita catat semua, gagasan-gagasan
itu harus disusun teratur atau sesuai dengan urutan isi jurnal. Lihat bagian
daftar isi untuk memastikan urutan isi jurnal yang benar.
3.
Mulai Menulis Ringkasan (Resume)
Pergunakanlah
gambaran umum tentang keseluruhan isi jurnal/naskah yang telah terbayang diotak
kita dan hasil pencatatan gagasan utama tadi untuk dibuat resume. Ingat
yah, urutan paragraf untuk pembuatan resume harus sesuai dengan naskah
aslinya. Kalau di jurnal biasanya kan banyak sub babnya, kita gak perlu ikutin
jurnal untuk membuat poin-poin sub bab juga karena resume merupakan
ringkasan singkat jadi buatlah resume dalam bentuk paragraf demi
paragraf saja. Tapi memang ada juga yang cara pembuatan resume jurnal
dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibuat namun saya lebih memilih dalam
bentuk kalimat paragraf per paragraf agar terlihat lebih berkesinambungan
ketika dibaca. Kemudian kalimat-kalimat dalam resume yang kita buat
adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari
naskah aslinya. Tetapi kita tidak boleh menyelipkan pendapat pribadi kita di
dalam resume apalagi jika pendapat tersebut berlawanan dengan isi jurnal
asli, haram hukumnya. Pembuat resume hanya boleh menulis yang sesuai
dengan jalan pemikiran si penulis asli. Jika gagasan-gagasan kita masih terasa
rancu, silakan liat naskah aslinya lagi. Sebisa mungkin untuk tidak menggunakan
kalimat asli penulisnya karena kalimat asli penulisnya hanya boleh digunakan
bila kalimat itu dianggap penting (merupakan kaidah, kesimpulan, ataupun
perumusan padat). Dan gak perlu pakai bahasa tingkat dewa (bahasa yang sulit
dimengerti) dalam membuat resume agar resume kita bisa dibaca
oleh siapa saja tanpa memandang status pendidikan. Kalau kita menggunakan
terlalu banyak istilah asing, terkesan lebay dan
hanya orang-orang yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi saja yang
paham sedangkan yang dibawah itu tidak akan paham. Akan lebih baik jika tulisan
kita bisa diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, jadi gunakan bahasa
yang mudah dicernah oleh siapapun. Dan saat kita sedang membuat resume,
hindari juga kutipan. Kutipan yang berada pada jurnal adalah kutipan milik si
penulis jurnal karena si penulis membuat jurnal atas dasar melakukan penelitian
dengan menggunakan teori dari orang yang dikutipnya. Kita sebagai pembuat resume
tidak berhak untuk mengutip lagi apa yang telah dikutipkan oleh si penulis asli
karena kita tidak melakukan penelitian sungguhan, kita hanya meringkas dari
jurnal miliknya. Dalam pembuatan resume gak perlu membuat kalimat yang
bertele-tele dan gak perlu berpanjang lebar menjelaskan karena penjelasan
secara mendetail sudah ada di dalam naskah asli. Jadi buatlah tulisan ringkasan
yang padat tapi mewakili keseluruhan isi.
4.
Membaca Kembali Ringkasan (Resume) Yang Telah Dibuat
Setelah
selesai membuat resume, baca kembali resume kita untuk memeriksa apakah
ada kesalahan penulisan atau tidak. Resume juga perlu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Gunakan ejaan dan tanda baca yang tepat.
Kemudian periksa kembali apakah resume buatan kita bersesuaian dengan naskah
asli atau tidak.
Dibawah
ini merupakan contoh resume yang saya buat berdasarkan pada sebuah
jurnal :
RESUME
IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING BERBANTUAN KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA I PADA MAHASISWA PGSD
IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING BERBANTUAN KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA I PADA MAHASISWA PGSD
Trimurti
Jurnal Kependidikan Vol.39, No.2, November 2009 Universitas Negeri Semarang
Jurnal Kependidikan Vol.39, No.2, November 2009 Universitas Negeri Semarang
Ketika
proses pembelajaran sedang berlangsung, seringkali banyak mahasiswa yang enggan
untuk bertanya kepada dosen saat ia merasa kurang memahami materi yang sedang
dipelajari sehinggaa suasana kelas menjadi pasif. Strategi pengajar (dosen)
untuk membangun keaktifan mahasiswa adalah dengan melibatkan mahasiswa ke dalam
diskusi. Akan tetapi strategi ini masih belum bisa terealisasikan secara
sempurna dikarenakan hanya beberapa mahasiswa yang menonjol saja yang berani
mengemukakan pendapat saat diskusi berlangsung, sedangkan sebagian besar
mahasiswa yang lain hanya mampu terdiam menyimak. Suasana kelas perlu dirancang
agar seluruh mahasiswa mampu berinteraksi satu sama lain untuk menyelesaikan
tugas maupun memecahkan masalah yang diberikan oleh pengajar (dosen).
Cooperative
Learning merupakan
strategi pembelajaran yang berhasil dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
yang heterogen untuk mencapai hasil yang maksimal dengan menerapkan lima unsur
pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Dalam model Cooperative
Learning perlu adanya penggunaan teknologi berupa komputer agar
mahasiswa terampil dalam memanfaatkan media komputer dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, hasil belajar tidak hanya meliputi penguasaan materi, tetapi
juga keterampilan berproses mahasiswa. Hasil belajar diperoleh dengan cara
mengunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau observasi serta tugas
kelompok dan individu.
Dari hasil
analisis, sebanyak 56% mahasiswa masuk dalam kategori terampil, 22% cukup
terampil, 19% sangat terampil dan hanya 3% saja yang tidak terampil dalam
pemanfaatan media komputer. Maka hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh
keterampilan berproses dalam penerapan model Cooperative Learning berbantu
komputer terhadap hasil belajar mahasiswa adalah cukup besar. Dimana
keterampilan berproses ini dinilai dari cara presentasi dan hasil tugas
kelompok mahasiswa.
Belajar
akan efektif jika situasi kondusif terwujud saat berlangsungnya proses
pembelajaran, yaitu berupa interaksi positif antara dosen dan mahasiswa ataupun
antar mahasiswa di dalam kelas. Dalam kondisi yang kondusif ini, mahasiswa
menjadi tertantang untuk bertanya, mengerjakan tugas, mengungkapkan
pendapat/ide, serta menanggapi sesuatu karena mahasiswa merasa nyaman dan tidak
takut untuk melakukan suatu kesalahan di dalam proses belajar. Berdasarkan uji
banding antara dua model pembelajaranpun didapatkan kesimpulan bahwa model Cooperative
Learning lebih efektif dibanding model pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Model Cooperative
Learning mampu menciptakan kondisi yang kondusif dalam proses
pembelajaran mahasiswa. Dengan model Cooperative Learning, mahasiswa
dapat bekerja sama dalam kelompok untuk belajar dan bertanggung jawab akan
keberhasilan belajar semua anggota kelompok. Ada 3 manfaat yang akan didapatkan
mahasiswa pada penggunaan model Cooperative Learning ini, yaitu;
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil, tanggung jawab masing-masing
anggota kelompok serta kesamaan kesempatan untuk berhasil.
NB : Pada bagian kepala resume biasakan untuk mencantumkan nama penulis jurnal, tahun terbit jurnal, judul jurnal, dan lokasi terbit jurnalnya ya agar yang baca gak perlu bolak balik nyariin apa jurnal aslinya hehehehehe
Sekian ya
penjelasan singkat mengenai cara membuat ringkasan (resume) dari saya. Semoga
kalian bisa memahami tulisan ini dengan baik. Jika masih ada yang kurang
dimengerti bisa bertanya dikolom komentar, mudah-mudahan saya bisa membantu ^^
Akhir
kata, wassalam mu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar