Silogisme
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Logika adalah ilmu dan kecakapan
menalar, berpikir dengan tepat. Logika juga dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan
hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah.[1]Dengan logika
maka membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Untuk itu penulis menuliskan
makalah tentang bagaimana proses pengambilan kesimpulan itu sendiri agar
mendapatkan kebenaran.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengambilan kesimpulan
berdasarkan prinsip pengambilan keputusan secara tidak langsung atau silogisme?
C.
TUJUAN
1. Untuk
menambah wawasan pengetahuan pembaca tentang
silogisme.
2. Untuk dapat mengetahui langkah pengambilan keputusan yang benar.
D.
METODELOGI
Dalam penulisan Makalah yang penulis sajikan,
penulis menggunakan metode studi pustaka, dengan menggali secara langsung dari
referensi kepustakaan, dan juga dari media internet yang turut membantu dalam
media pencarian informasi dan materi yang akan disajikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Silogisme
Silogisme berasal dari bahasa Yunani syillogismos
yang merupakan penggabungan, penalaran dari syn ( artinya dengan atau
bersama ) dan logizesthai (artinya menggabungkan atau penyimpulan dengan
penalaran ).[2]
Jadi dapat dikatakan silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga
bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran (deduktif) silogistik.[3]
Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua
bagian pertama lewat pertolongan term penengah (M) bagian ketiga tersebut dapat
dikatakan kesimpulan yang berupa pengetahuan baru (konsekuensi). Premis sendiri
adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan
tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat
mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau
sesuatu yang spesifik.[4]
Atas dasar premis-premis tersebut
kita menarik deduksi, seringkali tidak dengan seketika dapat dikatakan apakah
suatu P (predikat) harus atau dapat diakui atau dimungkiri tentang suatu S
(subyek). Maka sebelum pikiran dapat memutuskan S = P, sering diperlukan
pertimbangan-pertimbangan dan analisis, yakni pikiran maju langkah demi langkah
dengan membandingkan dengan term S dan P dengan suatu term lain yang dapat
menghubungkan S dan P tersebut. Term lain itu disebut term penengah, disingkat
M. Peranan M adalah menunjukan alasan mengapa S dan P dipersatukan atau
dipisahkan dalam kesimpulan.
Silogisme atau
penyimpulan tidak langsung menunjukan bahwa dari suatu proposisi tidak dapat
secara langsung ditarik suatu kesimpulan seperti halnya dalam penyimpulan
langsung atau kembalikan.
Penguasaan atas bentuk logis yang
disebut silogisme ini akan sangat membantu mencermatkan langkah-langkah pikiran
seingga terlihat hubungan-hubungannya sebelum mencapai kesimpulan.
B.
Bentuk-Bentuk Silogisme
Bentuk silogisme dibedakan atas letak
medium atau term penengah (M) dalam premis. Ada empat macam bentuk silogisme,
yaitu:[5]
1.
Medium menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi predikat
premis pada premis minor.
Sumua yang dilarang Tuhan mengandung bahaya
Mencuri adalah dilarang Tuhan
Jadi: mencuri adalah mengandung bahaya
2.
Medium menjadi predikat baik pada premis mayor maupun premis
minor.
Semua tetumbuhan membutukan air
Tidak satupun benda mati membutuhkan air
Jadi: tidak satupun benda mati adalah tumbuhan
3.
Medium menjadi subyek pada premis mayor maupun premis
minor.
Semua politikus adalah pandai berbicara
Beberapa politikus adalah sarjana
Jadi: sebagian sarjana adalah pandai berbicara
4.
Medium menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi subyek
pada premis minor.
Semua pendidik adalah manusia
Semua manusia akan mati
Jadi: sebagian yang akan mati adalah pendidik
Dari keempat figure jika dinyatakan
dalam bentuk lambing adala sebagai berikut:
1. M – P 2. P – M 3. M – P 4. P – M
S – M S – M
M – S
M – S
S – P S – P
S
- P S – P
S = Subyek M =
Medium S = Predikat
Setiap keputusan di atas masih dapat berupa
keputusan A, E, I, dan
O, menurut bentuk
dan luasnya. Kalau
semuanya dikombinasikan, secara teoritis
diperolah 64 (bahkan
256) kemungkinan.Tetapi
nyatanya, tidak setiap
kombinasi menghasilkan susunan
silogisme yang lurus, hanya
terdapat 19 kombinasi
yang lurus. Kombinasi-kombinasi ini pun masih harus
menepati beberapa syarat lagi.
a.
Susunan yang pertama:
·
Semua ini merupakan susunan yan paling sempurna dan tepat
sekali untuk suatu eksposisi yang positif.
·
Syarat-syaratnya
ialah: premis minor
harus afirmatif dan
premis major universal.
·
Karena itu
kombinasi-kombinasi yang mungkin
ialah: AAA, EAE, dan EIO (AAI dan EAO tidak lazim).
Misal AAA : Semua manusia dapat mati
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, semua orang Indonesi dapat mati
AAI
: Semua manusia dapat mati
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, beberapa orang Indonesia dapat
mati
EAE
: Semua manusia tidaklah abadi
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, semua orang Indonesia tidaklah
abadi
EAO
: Semua manusia tidaklah abadi
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, beberapa orang Indonesia
tidaklah abadi
AII :Semua
kucing mengeong
Ciro adalah kucing
Jadi, Ciro mengeong
EIO : Tidak ada
seorang manusia pun yang adalah seekor kucing
Beberapa hewan adalah manusia
Jadi, beberapa hewan bukanlah kucing
b.
Susunan yang kedua:
·
Susunan ini tepat
sekali untuk menyusun
sanggahan. Susunan ini juga dapat dijabarkan menjadi susunan
yang pertama.
·
Syarat-syaratnya ialah: sebuah premis harus negatif, premis major harus universal.
·
Karena itu, kombinasi-kombinasi yang
mungkin ialah: AEA,
AEE, EIO, dan AOO (EAO dan AEO tidak lazim).
Misalnya EAE : Tidak
ada kucing yang mempunyai sayap
Semua burung mempunyai sayap
Jadi, tidak ada burung yang adalah
kucing
EAO : Tidak ada kucing yang mempunyai sayap
Semua burung mempunyai sayap
Jadi, seekor bukanlah kucing
AEE : Semua manusia berakal budi
Kera tidak berakal budi
Jadi, kera bukanlah manusia
AEO : Semua
manusia berakal budi
Kera tidak berakal budi
Jadi, seekor kera bukanlah manusia
IEO : Semua manusia yang normal bukanlah ateis
orang Indonesia adalah ateis
Jadi, beberapa orang Indonesia
bukanlah manusia yang
normal
AOO: Semua
ikan dapat berenang
Beberapa burung tidak dapat berenang
Jadi, beberapa burung bukanlah ikan
c.
Susunan yang ketiga
·
Susunan ini tidaklah
sesederhana susunan yang
pertama dan yang kedua.
Karena itu janganlah
susunan ini dipakai
terlalu sering. Susunan ini juga
bisa dijabarkan menjadi susunan pertama.
·
Syarat-syaratnya
ialah: premis minor
harus afirmatif dan kesimpulan partikular. Karena itu
kombinasi-kombinasi yang mungkin ialah: AAI, IAI, AII, EAO, OAO, dan EIO:
Misalnya AAI : Semua manusia berakal budi
Semua manusia adalah hewan
Jadi, beberapa hewan berakal
budi
IAI : Beberapa
murid nakal
Semua murid adalah manusia
Jadi, beberapa manusia adalah nakal
AII : Semua
mahasiswa adalah manusia
Beberapa mahasiswa adalah pandai
Jadi, beberapa mansia adalah pandai
EAO : Semua
manusia bukanlah burung
Semua manusia adalah hewan
Jadi, beberapa hewan bukanlah
burung
OAO : Beberapa ekor kuda tidak ada gunanya
Semua kuda adalah binatang
Jadi, beberapa binatang tidak ada
gunanya
EIO
: Tidak ada seorang manusia pun
mempunyai ekor
Beberapa manusia berbadan kekar
Jadi, beberapa manusia yang berbadan kekal tidak mempunyai
ekor
d.
Susunan yang keempat:
·
Susunan ini tidak lumrah dan hampir tidak pernah dipakai.
Karena itu susunan ini sebaiknya disingkirkan saja. Susunan
ini dengan mudah dapat dijabarkan menjadi susunan yang pertama.
·
Syarat-syaratnya ialah:
-Apabila premis major afirmatif, premis minor harus universal;
-Apabila premis minor afimatif, kesimpulan harus particular dan
-Apabila salah satu premis negative, premis major harus universal.
·
Karena itu kombinasi-kombinasi yang
mungkin ialah: AAI,
AEE, IAI, EAO, dan EIO (AEO tidak lazim).
Misalnya
AAI Semua manusia adalah hewan
Semua hewan dapat mati
Jadi, beberapa yang dapat mati adalah manusia
AEE Semua orang sombong adalah keras kepala
Tidak ada orang yang keras kepala pun disenangi orang
Jadi, yang tidak disenangi orang adalah orang yang
sombong
IAI
Beberapa orang kaya adalah
licik
Semua yang licik adalah manusia
Jadi, beberapa manusia adalah orang
kaya
EAO
Tidak ada pencuri yang disayangi
Semua yang disayangi adalah yang baik budinya
Jadi, beberapa orang yang baik budinya bukalah Pencuri
EIO
Tidak ada mahasiswa bodoh yang
lulus
Beberapa yang lulus adalah rajin
Jadi, beberapa yang rajin bukanlah mahasiswa yang
bodoh
AEO
Semua orang yang cinta tanah air
Indonesia
adalah cinta akan Pancasila
Tidak ada seorang pun yang cinta akan Pancasila mempropagandakan
kekerasan
Jadi, beberapa orang yang mempropagandakan kekerasan
tidak cinta akan tanah air Indonesia.
C.
Pembagian Silogisme
Pada pokoknya,
silogisme mempunyai dua bentuk asli:[6]
1.
Silogisme kategoris, yakni premis-premisnya berupa pernyataan
kategoris: P diakui atau dimungkiri tentang S secara mutlak tidak tergantung
dari suatu syarat (karena...maka...).
M = P
S = P
|
S = P
|
Contoh:
a.
Setiap binatang harus makan = Mayor
Nah Sapi Itu Binatang = Minor
Jadi Sapi Harus Makan = Kesimpulan
S =
S = M
|
S = P
|
b.
Semua kucing siam bermata biru = Mayor
Kucingku Adalah Kucing Siam =
Minor
Maka Kucingku Bermata Biru
= Kesimpulan
Kesimpulan dari kedua contoh tersebut
adalah pada contoh yang pertama bahwa deduksi bukan menarik pernyataan khusus
dari yang umum. Selanjutnya, suatu kesimpulan khusus tidak dideduksikan dari
nya satu pernyataan umum, tetapi dari satu pernyataan umum dan satu pernyataan
khusus.
1)
Premis pertama disebut mayor ( putusan induk )
Maior ini mengandung P (Predikat) dari kesimpulan, dan
biasanya merupakan putusan yang bersifat umum
2)
Premis kedua disebut minor (lebih sempit ruang
lingkupnya)
Biasanya berupa putusan yang lebih konkret
3)
Kesimpulan mempersatukan S dan P berdasarkan hubungannya
masing-masing dengan M. perlu dicatat bahwa, Term menengah hanya terdapat di
dalam premis-premis tetapi tidak di dalam kesimpulan.
Silogisme
kategoris dapat dibedakan menjadi:[7]
a)
Silogisme kategoris tunggal, karena terdiri atas dua premis
b) Silogisme kategoris
tersusun, karena terdiri
atas lebih dari
dua premis.
Ketika berbicara tentang keputusan, sudah dianjurkan supaya keputusan itu
dijabarkan dalam bentuk logis. Pemikiran-pemikiran dijabarkan
dalam bentuk silogisme
kategoris. Dengan demikian, titik pangkalnya serta jalan pikiran yang
terkandung di dalamnya dapat
diperlihatkan dengan jelas.
Untuk itu perlu menentukan:
·
Menentukan dahulu kesimpulan mana yang ditarik;
·
Mencari apakah alasan yang disajikan (M, term-antara)
·
Menyusun silogisme berdasarkan subyek dan predikat (kesimpulan)
serta term-antara (M)
·
Silogisme
kategoris tersusun, karena
terdiri atas lebih
dari dua premis;
2.
Silogisme hipotesis, yakni premisnya berupa pernyataan
bersyarat: P diakui atau dimungkiri S tidak secara mutlak, melainkan
tergantungdari suatu syarat (kalau...maka...)
Contoh:
Jika ia warga Indonesia,
ia harus patuh kepada ketetapan hukum Indonesia. Ia warga Negara Indonesia.
Maka ia harus patu pada ketetapan hukum
Indonesia.
Silogisme
hipotetis, terdiri atas
silogisme hipotetis kondisional,
silogisme hipotetis disyungtif, dan silogisme hipotetis konyungtif.[8]
a.
Silogisme kondisional
Silogisme kondisional (bersyarat)
ialah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan kondisional. Keputusan
kondisional merupakan keputusan yang mengandung suatu syarat, yaitu terdiri
dari dua bagian, yang satu dinyatakan benar jika syarat yang dinyatakan dalam
bagian lain dipenuhi.
Misalnya : “ Jika hujan turun, maka jalan-jalan menjadi basah.”
Putusan kondisional itu benar jika
hubungan bersyarat yang dinyatakan di dalamnya itu benar, dan salah jika
hubungan bersyarat itu tidak benar.
Misalnya : “ Kalau kamu lulus ujian, maka harus kau
ulangi sekali lagi. Bagian putusan kondisional yang mengandung syarat disebut
antesedens. Bagian yang mengandung apa yang dikondisikan disebut konsekuens.
Hubungan antara keduannya adalah inti putusan kondisional (menentukan benar-tidaknya
putusan itu).
Contoh silogisme kondensional :
Kalau turun hujan, maka
jalan-jalan basah kalau A,
(antesedens) (konsekuens) maka B.
Nah, sekarang turun hujan Nah, A,
jadi jalan-jalan basah jadi B.
Mayor menyatakan suatu syarat (A)
yang menjadi gantungan benar-tidaknya konsekuens (B). Minor menyatakan
dipenuhinya syarat itu. Kesimpulan menyatakan benarnya konsekuens. Hukum-hukum
silogisme hipotetis kondisional adalah:
1)
Kalau
antecedensnya benar (dan
hubungannya lurus), maka consequens (kesimpulan) nya juga benar.
2)
Kalau consequens (kesimpulan) nya salah (dan hubungannya
lurus), maka antecedensnya juga
salah. Artinya, premis
major suatu silogisme kondisional
merupakan suatu keputusan
kondisional yang benar.
b.
Silogisme hipotetis disyungtif
Silogisme hipotetis
disyungtif, adalah silogisme
yang premis majornya
tediri dari keputusan
disyungtif. Preminminor mengakui
atau memungkiri salah satu kemungkinan yang sudah disebut dalam premis major.
Kesimpulan mengandung kemungkinan
yang lain.
c.
Silogisme hipotetis konyungtif
Silogisme hipotetis
konyungtif adalah silogisme
yang premis majornya berupa
keputusan konyungtif. Keputusan
konyungtif adalah keputusan di
mana persesuaian beberapa
predikat untuk satu
subyek disangkal. Supaya keputusan
itu sungguh konyungtif
dituntut supaya antara predikat
ada perlawanan. Misalnya:
“Si Fulan tidak
mungkin sekaligus bergerak dan
beristirahat”
D.
Hukum – Hukum Silogisme Kategorik
Dalam menyusun satu silogisme haruslah diingat aturan – aturan tentang
isi dan luas subyek dan predikat agar supaya jalan pikiran itu sah.
Aturan – aturan tersebut antara lain:[9]
1.
Menyangkut term-term.
a.
Silogisme tidak boleh
mengandung lebih atau
kurang dari tiga term. Kurang dari
tiga term berarti
tidak ada silogisme. Lebih dari tiga term berarti tidak
adanya perbandingan. Kalaupun ada tiga term, ketiga term itu haruslah digunakan
dalam arti yang sama tepatnya. Kalau
tidak, hal itu
sama saja dengan menggunakan lebih dari tiga term.
Misalnya:
Kucing itu
mengeong
Binatang
itu kucing
Jadi,
binatang itu mengeong
b.
Term-antara (M) tidak boleh masuk
(terdapat dalam kesimpulan.
Hal ini sebenarnya sudah jelas dari
bagan silogisme. Selain itu, masih dapat dijelaskan bagini: term-antara (M)
dimaksudkan untuk mengadakan perbandingan dengan term-term. Perbandingan itu
terjadi dalam premis-premis. Karena
itu, termantara (M) hanya berguna
dalam premis-premis saja.
c.
Term subyek dan predikat
dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas
daripada dalam premis-premis.
Artinya, term
subyek dan predikat dalam
kesimpulan tidak boleh universal,
kalau dalam premis-premis particular.
Ada bahaya ‘latius
hos’. Istilah ini sebenarnya merupakan
singkatan dari hukum
silogisme yang berbunyi: ‘Latius
hos quam praemiisae conclusion non vult’. Isi ungkapan yang panjang ini sama
saja dengan ‘generalisasi’. Baik ‘Latius
hos’ maupun ‘generalisasi’ menyatakan
ketidakberesan atau
kesalahan penyimpulan, yakni menarik kesimpulan yang terlalu
luas.
Menarik kesimpulan
yang universal pada
hal yang benar hanyalah
kesimpulan dalam bentuk
keputusan yang particular saja. Misalnya:
Kucing adalah makhluk hidup
Manusia bukan kucing
Jadi, manusia bukan makhluk hidup
d.
Term-antara (M) harus
sekurang-kurangnya satu kali universal.
Jika term-antara particular
baik dalam premis
major maupun minor, mungkin sekali
term-antara itu menunjukkan
bagianbagian yang berlainan
dari seluruh luasnya.
Kalau begitu termantara
tidak lagi berfungsi
sebagai term-antara dan
tidak lagi menghubungkan
(memisahkan) subyek dan predikat.
Misalnya:
Banyak
orang kaya yang kikir
Si Fulan adalah
orang kaya
Jadi, Si
Fulan adalah orang yang kikir.
2.
Mengangkut keputusan-keputusan.
a.
Jika kedua premis
(yakni major dan
minor) afirmatif atau
positif, maka
kesimpulannya harus afirmatif dan positif pula.
b.
Kedua premis tidak boleh negatif, sebab term-antara (M) tidak
lagi berfungsi
sebagai penghubung atau
pemisah subyek dan predikat. Dalam
silogisme sekurang-kurangnya satu,
yakni subyek atau predikat,
harus dipersamakan dengan
term-antara (M).
Misalnya:
Batu bukan binatang
Kucing bukan batu
Jadi, kucing bukan binatang
c.
Kedua premis tidak
boleh partikular. Sekurang-kurangnya satu premis harus
universal.
Misalnya:
Ada orang kaya yang tidak
tenteram hatinya
Banyak orang yang jujur teteram
hatinya
Jadi, orang-orang kaya
tidak jujur
d.
Kesimpulan harus sesuai
dengan premis yang paling
lemah.
Keputusan particular
adalah keputusan yang
‘lemah’ dibandingkan dengan
keputusan yang universal.
Keputusan negatif adalah keputusan
yang ‘lemah’ dibandingkan
dengan keputusan afirmatif atau
positif. Oleh karena itu:
o Jika satu premis
partikular, kesimpulan juga particular;
o Jika salah
satu premis negatif,
kesimpulan juga harus negatif;
o Jika salah satu premis negatif
dan partikular, kesimpulan juga
harus negatif dan partikular. Kalau
tidak, ada bahaya ‘latius hos’ lagi.
Misalnya:
Beberapa
anak puteri tidak jujur
Semua anak
puteri itu manusia (orang)
Jadi,
beberapa manusia (orang) itu tidak jujur
E. Hukum –
Hukum Silogismea Hipotesis
Bila antecedent kita lambangkan
dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:[10]
1.
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana
2.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak
sah=salah)
3.
Bila A terlaksana, maka A terlaksana (tidak sah=salah)
4.
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
F. Bentuk
Silogisme Tidak Sempurna
Ketidaksempurnaan dapat diartikan
kurang lengkap atau berlebihan. Pada
penggunaan silogisme sehari-hari, dengan alasan memudahkan atau
efisiensi maka bentuk silogisme itudisajikan tidak sebagaimana mestinya.
Lima bentuk
yang dianggap tidak sempurna atau tidak tepat:[11]
1.
Entymena
Merupakan silogisme yang tidak
sempurna karena salah satu premis (bisa mayor atau premis minor) tidak
ditampilkan., dapat juga karena tidak adanya kesimpulan.
Contoh: “ini dilarang karena melanggar hukum”
2.
Epicherema
Merupakan silogisme yang tidak
sempurna karena menambah catatan atau keterangan pada salah satu premis (
biasanya premis minor). Sehingga jika dikembalikan kepada silogisme standar
menjadi berlebih.
Contoh:
Perdagangan wanita adalah bentuk penindasan, sebab melanggar
hak asasi manusia
Anak-anak adalah masuk kategori perdagangan, sebab sering
juga terjadi
Jadi, anak-anak adalah bentuk penindasan
3.
Polysillogisme
Terjadi ketika kesimpulan dari
silogisme merupakan premis mayor dari silogisme tersebut. Dengan kata lain,
silogisme satu menjadipremis dari silogisme yang lain.
Contoh:
Seseorang
yang menginginkan lebih daripada yang dimilikinnya, merasa tidak puas.
Seseorang yang rakus,
adalah seseorang yang menginginkan lebih daripada yang dimilikinya
Jadi, seorang yang rakus
tidak merasa puas.
4.
Sorites
Terjadi ketika Tp pada premis mayor
menjadi Ts pada proposisi kedua (premis minor).
Contoh:
Orang yang tidak mengendalikan keinginnnya, menginginkan seribu satu
macam barang
Orang yang menginginkan seribu satu macam baran, banyak sekali kebutuhannya
Orang yang banyak sekali kebutuhannya, tidak tentram hatinya
Jadi, orang yang tidak mengendalikan keinginannya, tidak tentram hatinya
5.
Dilemma
Merupakan bentuk penalaran yang
berdasarkan pada dua proposisi. Yang satu berupa proposisi hipotesis sedangkan
yang satunya lagi berupa proposisi disjungtif.
Contoh: “Jika buku-buku ini melulu mengulangi apa
yang ada dalam Al-Qur’an berarti buku-buku itu dangkal. Jika buku-buku ini
berisi sesuatu yang lain daripada yang terkandung dalam Al-Qur’an berarti
buku-buku itu bohong. Karena itu buku-buku itu dangkal dan bohong.
KESIMPULAN
Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi.
Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolong-golongkan pikiran
sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah. Dengan demikian, kita
dapat belajar berfikir tertib, jelas, tajam. Dalam proses pemikiran, pada
kenyataanya lebih sering mengikuti pola silogisme. Penguasaan atas bentuk logis
yang disebut silogisme akan sangat membantu mencermatkan langkah-langkah
pikiran sehingga terlihat hubungan-hubungannya sebalum mancapai kesimpulan.
[2] Wagiman,Pengantar studi logika ( Yogyakarta : Pustaka book
publisher,2009 ),hlm 120.
[3] Deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah
tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih.
[6] Ibid, 155
[7] 7-hand-out-logika-silogisme-kategoris.pdf
[8] 8-hand-out-logika-silogisme-hipotetis.pdf
[9] 7-hand-out-logika-silogisme-kategoris.pdf
[11] Wagiman,Pengantar studi logika ( Yogyakarta : Pustaka book
publisher,2009 ),hlm 134-138.
Borgata Hotel Casino & Spa - JtmHub
BalasHapusBorgata Hotel Casino & Spa - 고양 출장샵 Hotel Casino & Spa, 시흥 출장샵 Atlantic City: Luxury resort with a 정읍 출장샵 full-service 안성 출장마사지 spa, 충청남도 출장마사지 a casino, and a seasonal Olympic-sized