Silogisme

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. Logika juga dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.[1]Dengan logika maka membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Untuk itu penulis menuliskan makalah tentang bagaimana proses pengambilan kesimpulan itu sendiri agar mendapatkan kebenaran.

B.       Rumusan Masalah
Bagaimana pengambilan kesimpulan berdasarkan prinsip pengambilan keputusan secara tidak langsung atau silogisme?

C.      TUJUAN
1.      Untuk menambah wawasan pengetahuan pembaca tentang silogisme.
2.      Untuk dapat mengetahui langkah pengambilan keputusan yang benar.

D.      METODELOGI
Dalam penulisan Makalah yang penulis sajikan, penulis menggunakan metode studi pustaka, dengan menggali secara langsung dari referensi kepustakaan, dan juga dari media internet yang turut membantu dalam media pencarian informasi dan materi yang akan disajikan.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Silogisme
Silogisme berasal dari bahasa Yunani syillogismos yang merupakan penggabungan, penalaran dari syn ( artinya dengan atau bersama ) dan logizesthai (artinya menggabungkan atau penyimpulan dengan penalaran ).[2] Jadi dapat dikatakan silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran (deduktif) silogistik.[3] Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama lewat pertolongan term penengah (M) bagian ketiga tersebut dapat dikatakan kesimpulan yang berupa pengetahuan baru (konsekuensi). Premis sendiri adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik.[4]
Atas dasar premis-premis tersebut kita menarik deduksi, seringkali tidak dengan seketika dapat dikatakan apakah suatu P (predikat) harus atau dapat diakui atau dimungkiri tentang suatu S (subyek). Maka sebelum pikiran dapat memutuskan S = P, sering diperlukan pertimbangan-pertimbangan dan analisis, yakni pikiran maju langkah demi langkah dengan membandingkan dengan term S dan P dengan suatu term lain yang dapat menghubungkan S dan P tersebut. Term lain itu disebut term penengah, disingkat M. Peranan M adalah menunjukan alasan mengapa S dan P dipersatukan atau dipisahkan dalam kesimpulan.
Silogisme atau penyimpulan tidak langsung menunjukan bahwa dari suatu proposisi tidak dapat secara langsung ditarik suatu kesimpulan seperti halnya dalam penyimpulan langsung atau kembalikan.
Penguasaan atas bentuk logis yang disebut silogisme ini akan sangat membantu mencermatkan langkah-langkah pikiran seingga terlihat hubungan-hubungannya sebelum mencapai kesimpulan.
B.     Bentuk-Bentuk Silogisme
Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium atau term penengah (M) dalam premis. Ada empat macam bentuk silogisme, yaitu:[5]
1.      Medium menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi predikat premis pada premis minor.
Sumua yang dilarang Tuhan mengandung bahaya
Mencuri adalah dilarang Tuhan
Jadi: mencuri adalah mengandung bahaya
2.      Medium menjadi predikat baik pada premis mayor maupun premis minor.
Semua tetumbuhan membutukan air
Tidak satupun benda mati membutuhkan air
Jadi: tidak satupun benda mati adalah tumbuhan
3.      Medium menjadi subyek pada premis mayor maupun premis minor. 
Semua politikus adalah pandai berbicara
Beberapa politikus adalah sarjana
Jadi: sebagian sarjana adalah pandai berbicara
4.      Medium menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi subyek pada premis minor.
Semua pendidik adalah manusia
Semua manusia akan mati
Jadi: sebagian yang akan mati adalah pendidik
Dari keempat figure jika dinyatakan dalam bentuk lambing adala sebagai berikut:
1.  M – P              2. P – M           3. M – P           4. P  – M
S  – M                 S – M              M – S              M – S
S  – P                    S – P                S  -  P               S – P
S = Subyek                  M = Medium               S = Predikat
Setiap  keputusan di atas masih dapat berupa keputusan A,  E,  I,  dan O,  menurut  bentuk  dan  luasnya.  Kalau  semuanya  dikombinasikan, secara  teoritis  diperolah  64  (bahkan  256)  kemungkinan.Tetapi nyatanya,  tidak  setiap  kombinasi  menghasilkan  susunan  silogisme yang  lurus,  hanya  terdapat  19  kombinasi  yang  lurus.  Kombinasi-kombinasi ini pun masih harus menepati beberapa syarat lagi.
a.       Susunan yang pertama:
·         Semua ini merupakan susunan yan paling sempurna dan tepat sekali untuk suatu eksposisi yang positif.
·         Syarat-syaratnya  ialah:  premis  minor  harus  afirmatif  dan  premis major universal.
·          Karena  itu  kombinasi-kombinasi  yang  mungkin  ialah:  AAA,  EAE, dan EIO (AAI dan EAO tidak lazim).
Misal AAA  :   Semua manusia dapat mati
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, semua orang Indonesi dapat mati
AAI  :  Semua manusia dapat mati
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, beberapa orang Indonesia dapat mati
EAE  : Semua manusia tidaklah abadi
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, semua orang Indonesia tidaklah abadi
EAO  : Semua manusia tidaklah abadi
Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, beberapa orang Indonesia tidaklah abadi
AII      :Semua kucing mengeong
Ciro adalah kucing
Jadi, Ciro mengeong
EIO  : Tidak ada seorang manusia pun yang adalah seekor    kucing
Beberapa hewan adalah manusia
Jadi, beberapa hewan bukanlah kucing
b.      Susunan yang kedua:
·         Susunan  ini  tepat  sekali  untuk  menyusun  sanggahan.  Susunan  ini juga dapat dijabarkan menjadi susunan yang pertama.
·         Syarat-syaratnya ialah: sebuah premis harus negatif,  premis major harus universal.
·         Karena  itu,  kombinasi-kombinasi  yang  mungkin  ialah:  AEA,  AEE, EIO, dan AOO (EAO dan AEO tidak lazim).
Misalnya EAE   :    Tidak ada kucing yang mempunyai sayap
Semua burung mempunyai sayap
Jadi, tidak ada burung yang adalah kucing
     EAO  :     Tidak ada kucing yang mempunyai sayap
            Semua burung mempunyai sayap
            Jadi, seekor bukanlah kucing
   AEE   :     Semua manusia berakal budi
           Kera tidak berakal budi
            Jadi, kera bukanlah manusia
       AEO  :      Semua manusia berakal budi
Kera tidak berakal budi
Jadi, seekor kera bukanlah manusia
IEO   :       Semua manusia yang normal bukanlah ateis
orang Indonesia adalah ateis
Jadi, beberapa orang Indonesia bukanlah                   manusia yang normal
AOO:        Semua ikan dapat berenang
Beberapa burung tidak dapat berenang
Jadi, beberapa burung bukanlah ikan
c.       Susunan yang ketiga
·      Susunan  ini  tidaklah  sesederhana  susunan  yang  pertama  dan yang  kedua.  Karena  itu  janganlah  susunan  ini  dipakai  terlalu  sering. Susunan ini juga bisa dijabarkan menjadi susunan pertama.
·      Syarat-syaratnya  ialah:  premis  minor  harus  afirmatif  dan kesimpulan partikular. Karena itu kombinasi-kombinasi yang mungkin ialah: AAI, IAI, AII, EAO, OAO, dan EIO:
Misalnya  AAI :      Semua manusia berakal budi
        Semua manusia adalah hewan
        Jadi, beberapa hewan berakal budi
IAI  :      Beberapa murid nakal
     Semua murid adalah manusia
 Jadi, beberapa manusia adalah nakal
AII  :      Semua mahasiswa adalah manusia
     Beberapa mahasiswa adalah pandai
 Jadi, beberapa mansia adalah pandai
EAO :     Semua manusia bukanlah burung
      Semua manusia adalah hewan
      Jadi, beberapa hewan bukanlah burung
OAO  :   Beberapa ekor kuda tidak ada gunanya
Semua kuda adalah binatang
Jadi, beberapa binatang tidak ada gunanya
EIO  :  Tidak ada seorang manusia pun mempunyai ekor
Beberapa manusia berbadan kekar
Jadi, beberapa manusia yang berbadan kekal tidak mempunyai ekor
d.      Susunan yang keempat: 
·      Susunan ini tidak lumrah dan hampir tidak pernah dipakai. Karena itu susunan ini sebaiknya disingkirkan saja.  Susunan  ini dengan mudah dapat dijabarkan menjadi susunan yang pertama.
·      Syarat-syaratnya ialah:
-Apabila premis major afirmatif, premis minor harus universal;
-Apabila premis minor afimatif, kesimpulan harus particular dan
-Apabila salah satu premis negative, premis major harus universal.
·      Karena  itu  kombinasi-kombinasi  yang  mungkin  ialah:  AAI,  AEE, IAI, EAO, dan EIO (AEO tidak lazim).
Misalnya  AAI        Semua manusia adalah hewan
Semua hewan dapat mati
Jadi, beberapa yang dapat mati adalah manusia
AEE       Semua orang sombong adalah keras kepala
Tidak ada orang yang keras kepala pun disenangi orang
Jadi, yang tidak disenangi orang adalah orang yang sombong
IAI      Beberapa orang kaya adalah licik
Semua yang licik adalah manusia
Jadi, beberapa manusia adalah orang kaya
EAO    Tidak ada pencuri yang disayangi
Semua yang disayangi adalah yang baik budinya
Jadi, beberapa orang yang baik budinya bukalah Pencuri
EIO     Tidak ada mahasiswa bodoh yang lulus
Beberapa yang lulus adalah rajin
Jadi, beberapa yang rajin bukanlah mahasiswa yang bodoh
AEO    Semua orang yang cinta tanah air Indonesia
adalah cinta akan Pancasila
Tidak ada seorang pun yang cinta akan Pancasila mempropagandakan kekerasan
Jadi, beberapa orang yang mempropagandakan kekerasan tidak cinta akan tanah air Indonesia.
C.    Pembagian Silogisme
Pada pokoknya, silogisme mempunyai dua bentuk asli:[6]
1.      Silogisme kategoris, yakni premis-premisnya berupa pernyataan kategoris: P diakui atau dimungkiri tentang S secara mutlak tidak tergantung dari suatu syarat (karena...maka...).
M = P
S = P
S = P
Contoh:
a.      Setiap binatang harus makan      = Mayor
Nah Sapi Itu Binatang                 = Minor
Jadi Sapi Harus Makan              = Kesimpulan

     S  =
S = M
S = P
b.      Semua kucing siam bermata biru = Mayor
Kucingku Adalah Kucing Siam    = Minor
Maka Kucingku Bermata Biru     = Kesimpulan

Kesimpulan dari kedua contoh tersebut adalah pada contoh yang pertama bahwa deduksi bukan menarik pernyataan khusus dari yang umum. Selanjutnya, suatu kesimpulan khusus tidak dideduksikan dari nya satu pernyataan umum, tetapi dari satu pernyataan umum dan satu pernyataan khusus.
1)      Premis pertama disebut mayor ( putusan induk )
Maior ini mengandung P (Predikat) dari kesimpulan, dan biasanya merupakan putusan yang bersifat umum
2)      Premis kedua disebut minor (lebih sempit ruang lingkupnya)
Biasanya berupa putusan yang lebih konkret
3)      Kesimpulan mempersatukan S dan P berdasarkan hubungannya masing-masing dengan M. perlu dicatat bahwa, Term menengah hanya terdapat di dalam premis-premis tetapi tidak di dalam kesimpulan.
Silogisme  kategoris dapat dibedakan menjadi:[7]
a)      Silogisme kategoris tunggal, karena terdiri atas dua premis
b)               Silogisme  kategoris  tersusun,  karena  terdiri  atas  lebih  dari  dua premis.
Ketika berbicara tentang keputusan, sudah dianjurkan supaya keputusan itu dijabarkan dalam bentuk logis. Pemikiran-pemikiran  dijabarkan  dalam  bentuk  silogisme  kategoris. Dengan demikian, titik pangkalnya serta jalan pikiran yang terkandung di  dalamnya  dapat  diperlihatkan  dengan  jelas.  Untuk  itu  perlu menentukan:
·         Menentukan dahulu kesimpulan mana yang ditarik;
·         Mencari apakah alasan yang disajikan (M, term-antara)
·         Menyusun silogisme berdasarkan subyek dan predikat (kesimpulan) serta term-antara (M)
·         Silogisme  kategoris  tersusun,  karena  terdiri  atas  lebih  dari  dua premis;
2.      Silogisme hipotesis, yakni premisnya berupa pernyataan bersyarat: P diakui atau dimungkiri S tidak secara mutlak, melainkan tergantungdari suatu syarat (kalau...maka...)
Contoh:
Jika ia warga Indonesia, ia harus patuh kepada ketetapan hukum Indonesia. Ia warga Negara Indonesia. Maka ia harus patu pada ketetapan  hukum Indonesia.
Silogisme  hipotetis,  terdiri  atas  silogisme  hipotetis kondisional, silogisme hipotetis disyungtif, dan silogisme hipotetis konyungtif.[8]
a.       Silogisme kondisional
Silogisme kondisional (bersyarat) ialah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan kondisional. Keputusan kondisional merupakan keputusan yang mengandung suatu syarat, yaitu terdiri dari dua bagian, yang satu dinyatakan benar jika syarat yang dinyatakan dalam bagian lain dipenuhi.
Misalnya : “ Jika hujan turun, maka jalan-jalan menjadi basah.”
Putusan kondisional itu benar jika hubungan bersyarat yang dinyatakan di dalamnya itu benar, dan salah jika hubungan bersyarat itu tidak benar.
Misalnya : “ Kalau kamu lulus ujian, maka harus kau ulangi sekali lagi. Bagian putusan kondisional yang mengandung syarat disebut antesedens. Bagian yang mengandung apa yang dikondisikan disebut konsekuens. Hubungan antara keduannya adalah inti putusan kondisional (menentukan benar-tidaknya putusan itu).
Contoh silogisme kondensional :
Kalau turun hujan, maka jalan-jalan basah           kalau A,
        (antesedens)               (konsekuens)              maka B.
Nah, sekarang turun hujan                                     Nah, A,
jadi jalan-jalan basah                                             jadi B.
Mayor menyatakan suatu syarat (A) yang menjadi gantungan benar-tidaknya konsekuens (B). Minor menyatakan dipenuhinya syarat itu. Kesimpulan menyatakan benarnya konsekuens. Hukum-hukum silogisme hipotetis kondisional adalah:
1)      Kalau  antecedensnya  benar  (dan  hubungannya  lurus),   maka consequens (kesimpulan) nya juga benar.
2)      Kalau  consequens  (kesimpulan) nya salah (dan hubungannya lurus), maka  antecedensnya  juga  salah.  Artinya,  premis  major  suatu silogisme  kondisional  merupakan  suatu  keputusan  kondisional  yang benar.
b.      Silogisme hipotetis disyungtif
Silogisme  hipotetis  disyungtif,  adalah  silogisme  yang  premis  majornya  tediri  dari  keputusan  disyungtif.  Preminminor  mengakui  atau memungkiri salah satu kemungkinan yang sudah disebut dalam premis major. Kesimpulan  mengandung  kemungkinan  yang  lain.
c.       Silogisme hipotetis konyungtif
Silogisme  hipotetis  konyungtif  adalah  silogisme  yang premis  majornya  berupa  keputusan  konyungtif.  Keputusan  konyungtif  adalah keputusan  di  mana  persesuaian  beberapa  predikat  untuk  satu  subyek disangkal.  Supaya  keputusan  itu  sungguh  konyungtif  dituntut  supaya antara  predikat  ada  perlawanan.  Misalnya:  “Si  Fulan  tidak  mungkin sekaligus  bergerak  dan  beristirahat”
D.    Hukum – Hukum Silogisme Kategorik
Dalam menyusun satu silogisme haruslah diingat aturan – aturan tentang isi dan luas subyek dan predikat agar supaya jalan pikiran itu sah.
Aturan – aturan tersebut antara lain:[9] 
1.      Menyangkut term-term.
a.       Silogisme  tidak  boleh  mengandung  lebih  atau  kurang  dari tiga  term.  Kurang  dari  tiga  term  berarti  tidak  ada  silogisme. Lebih dari tiga term berarti tidak adanya perbandingan. Kalaupun ada tiga term, ketiga term itu haruslah digunakan dalam arti yang sama  tepatnya.  Kalau  tidak,  hal  itu  sama  saja  dengan menggunakan lebih dari tiga term.
Misalnya:
Kucing itu mengeong
Binatang itu kucing
Jadi, binatang itu mengeong
b.      Term-antara  (M)  tidak  boleh  masuk  (terdapat  dalam kesimpulan.
Hal ini sebenarnya sudah jelas dari bagan silogisme. Selain itu, masih dapat dijelaskan bagini: term-antara (M) dimaksudkan untuk mengadakan perbandingan dengan term-term. Perbandingan  itu  terjadi  dalam  premis-premis.  Karena  itu,  termantara (M) hanya berguna dalam premis-premis saja.
c.       Term subyek dan predikat  dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas  daripada  dalam  premis-premis.
Artinya,  term  subyek  dan predikat  dalam  kesimpulan tidak  boleh  universal,  kalau  dalam premis-premis  particular.  Ada  bahaya  ‘latius  hos’.  Istilah  ini sebenarnya  merupakan  singkatan  dari  hukum  silogisme  yang berbunyi: ‘Latius hos quam praemiisae conclusion non vult’. Isi ungkapan yang panjang ini sama saja dengan ‘generalisasi’. Baik ‘Latius  hos’  maupun  ‘generalisasi’  menyatakan  ketidakberesan atau  kesalahan  penyimpulan,  yakni  menarik  kesimpulan  yang terlalu  luas.
Menarik  kesimpulan  yang  universal  pada  hal  yang benar  hanyalah  kesimpulan  dalam  bentuk  keputusan  yang particular saja. Misalnya:
Kucing adalah makhluk hidup
Manusia bukan kucing
Jadi, manusia bukan makhluk hidup
d.      Term-antara (M)  harus sekurang-kurangnya satu kali universal.
Jika  term-antara  particular  baik  dalam  premis  major maupun minor,  mungkin  sekali  term-antara  itu  menunjukkan  bagianbagian  yang  berlainan  dari  seluruh  luasnya.  Kalau  begitu  termantara  tidak  lagi  berfungsi  sebagai  term-antara  dan  tidak  lagi menghubungkan (memisahkan) subyek dan predikat.
Misalnya:
Banyak orang kaya yang kikir
Si Fulan adalah orang kaya
Jadi, Si Fulan adalah orang yang kikir.
2.      Mengangkut keputusan-keputusan.
a.       Jika  kedua  premis  (yakni  major  dan  minor)  afirmatif  atau
positif, maka kesimpulannya harus afirmatif dan positif pula.
b.      Kedua premis tidak boleh negatif,  sebab term-antara (M) tidak
lagi  berfungsi  sebagai  penghubung  atau  pemisah  subyek dan predikat.  Dalam  silogisme  sekurang-kurangnya  satu,  yakni subyek  atau  predikat,  harus  dipersamakan  dengan  term-antara (M).
Misalnya:
Batu bukan binatang
Kucing bukan batu
Jadi, kucing bukan binatang
c.       Kedua  premis  tidak  boleh  partikular.  Sekurang-kurangnya satu premis harus universal.
Misalnya:
Ada orang kaya yang tidak tenteram hatinya
Banyak orang yang jujur teteram hatinya
Jadi, orang-orang kaya tidak jujur
d.      Kesimpulan  harus  sesuai  dengan  premis  yang paling  lemah.
Keputusan  particular  adalah  keputusan  yang  ‘lemah’  dibandingkan  dengan  keputusan  yang  universal.  Keputusan  negatif adalah  keputusan  yang  ‘lemah’  dibandingkan  dengan  keputusan afirmatif atau positif. Oleh karena itu:
o   Jika satu premis partikular, kesimpulan juga particular;
o   Jika  salah  satu  premis  negatif,  kesimpulan  juga  harus negatif;
o   Jika  salah satu premis  negatif  dan  partikular, kesimpulan juga harus negatif  dan partikular. Kalau tidak, ada bahaya ‘latius hos’ lagi.
Misalnya:
Beberapa anak puteri tidak jujur
Semua anak puteri itu manusia (orang)
Jadi, beberapa manusia (orang) itu tidak jujur
E. Hukum – Hukum Silogismea Hipotesis
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:[10]
1.      Bila A terlaksana maka B juga terlaksana
2.      Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah=salah)
3.      Bila A terlaksana, maka A terlaksana (tidak sah=salah)
4.      Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
F. Bentuk Silogisme Tidak Sempurna
Ketidaksempurnaan dapat diartikan kurang lengkap atau berlebihan. Pada  penggunaan silogisme sehari-hari, dengan alasan memudahkan atau efisiensi maka bentuk silogisme itudisajikan tidak sebagaimana mestinya.
Lima bentuk yang dianggap tidak sempurna atau tidak tepat:[11]
1.      Entymena
Merupakan silogisme yang tidak sempurna karena salah satu premis (bisa mayor atau premis minor) tidak ditampilkan., dapat juga karena tidak adanya kesimpulan.
Contoh: “ini dilarang karena melanggar hukum”
2.      Epicherema
Merupakan silogisme yang tidak sempurna karena menambah catatan atau keterangan pada salah satu premis ( biasanya premis minor). Sehingga jika dikembalikan kepada silogisme standar menjadi berlebih.
Contoh:
Perdagangan wanita adalah bentuk penindasan, sebab melanggar hak asasi manusia
Anak-anak adalah masuk kategori perdagangan, sebab sering juga terjadi
Jadi, anak-anak adalah bentuk penindasan
3.      Polysillogisme
Terjadi ketika kesimpulan dari silogisme merupakan premis mayor dari silogisme tersebut. Dengan kata lain, silogisme satu menjadipremis dari silogisme yang lain.
Contoh:
Seseorang yang menginginkan lebih daripada yang dimilikinnya, merasa tidak puas.
Seseorang yang rakus, adalah seseorang yang menginginkan lebih daripada yang dimilikinya
Jadi, seorang yang rakus tidak merasa puas.
4.      Sorites
Terjadi ketika Tp pada premis mayor menjadi Ts pada proposisi kedua (premis minor).
Contoh:
Orang yang tidak mengendalikan keinginnnya, menginginkan seribu satu macam barang
Orang yang menginginkan seribu satu macam baran, banyak sekali kebutuhannya
Orang yang banyak sekali kebutuhannya, tidak tentram hatinya
Jadi, orang yang tidak mengendalikan keinginannya, tidak tentram hatinya
5.      Dilemma
Merupakan bentuk penalaran yang berdasarkan pada dua proposisi. Yang satu berupa proposisi hipotesis sedangkan yang satunya lagi berupa proposisi disjungtif.
Contoh: “Jika buku-buku ini melulu mengulangi apa yang ada dalam Al-Qur’an berarti buku-buku itu dangkal. Jika buku-buku ini berisi sesuatu yang lain daripada yang terkandung dalam Al-Qur’an berarti buku-buku itu bohong. Karena itu buku-buku itu dangkal dan bohong.



KESIMPULAN
            Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolong-golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah. Dengan demikian, kita dapat belajar berfikir tertib, jelas, tajam. Dalam proses pemikiran, pada kenyataanya lebih sering mengikuti pola silogisme. Penguasaan atas bentuk logis yang disebut silogisme akan sangat membantu mencermatkan langkah-langkah pikiran sehingga terlihat hubungan-hubungannya sebalum mancapai kesimpulan.





[1] Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.2.
[2] Wagiman,Pengantar studi logika ( Yogyakarta : Pustaka book publisher,2009 ),hlm 120.
[3] Deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih.
[4] Wasito Poespordjo, Logika Ilmu Menalar, (Bandung: Remadja Karya Offset, 1987), hlm.154.
[5] Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.108.
[6] Ibid, 155
[7] 7-hand-out-logika-silogisme-kategoris.pdf
[8] 8-hand-out-logika-silogisme-hipotetis.pdf
[9] 7-hand-out-logika-silogisme-kategoris.pdf
[10] Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.131.
[11] Wagiman,Pengantar studi logika ( Yogyakarta : Pustaka book publisher,2009 ),hlm 134-138.

Komentar

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - JtmHub
    Borgata Hotel Casino & Spa - 고양 출장샵 Hotel Casino & Spa, 시흥 출장샵 Atlantic City: Luxury resort with a 정읍 출장샵 full-service 안성 출장마사지 spa, 충청남도 출장마사지 a casino, and a seasonal Olympic-sized

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer